Bloomberg Technoz, Jakarta - Harga batu bara melesat naik nyaris 7% dalam sebulan terakhir. Penguatan harga komoditas si batu hitam di market global ini membawa saham-saham pertambangan batu bara di Bursa Efek Indonesia (BEI) ikut meroket.
Sepanjang Juli, harga batu bara di pasar ICE Newcastle (Australia) menguat mendekati 7% secara point-to-point. Dengan menetap pada harga US$134/ton, dan pencapaian tersebut menjadi yang tertinggi dalam sebulan terakhir.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, sentimen yang mendorong kenaikan harga batu bara ialah tingginya permintaan dari market China, sebagai konsumen batu bara terbesar dunia.

Di mana permintaan batu bara meningkat seiring dengan target pemerintah yang tidak ingin ada pemadaman listrik (Blackout) pada musim panas saat ini. Seperti yang terjadi pada 2022 silam yang sempat memukul perekonomian China.
Selain memanfaatkan jalur impor, China juga menggenjot produksi batu bara dari dalam negerinya. Kantor berita Xinhua memaparkan, produksi batu bara di Provinsi Shanxi pada semester I-2023 tercatat mencapai 678 juta ton.
Shanxi adalah daerah penghasil utama batu bara di China yang juga ikut memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Adapun pada semester I-2023, produksi dari Shanxi setara dengan 29,5% produksi batu bara China. Tahun ini, Shanxi menargetkan produksi batu bara sebanyak 1,37 juta ton.
Kemudian, China juga sudah menumpuk stok batu bara untuk kebutuhan pembangkit listrik. Hingga Juni, stok batu bara pada pembangkit listrik kawasan China mencapai rekor tertinggi yaitu 199 juta ton.
Optimisme atas stimulus ekonomi yang tengah dirancang oleh pemerintahan Xi Jinping yang ikut jadi penggerak penguatan harga batu bara. China telah melonggarkan kebijakan moneter dan meluncurkan serta membicarakan serangkaian tindakan untuk mendukung sejumlah sektor ekonomi lainnya sejak Juni.
Hal tersebut memberikan titik cerah atas penguatan ekonomi China, dengan meningkatnya perekonomian negara tersebut maka permintaan akan batu bara untuk pasokan listrik juga akan ikut meningkat.

Dalam jangka menengah, harga maupun permintaan batu bara diperkirakan akan naik. Jika mencermati terhadap kacamata analisis teknikal, ada kemungkinan harga bisa naik lagi menuju US$158,87/ton.
Dari dalam negeri, harga saham emiten pertambangan ikut bergairah seiring dengan terjadinya penguatan harga batu bara. Bahkan harga saham PT Bayan Resources Tbk (BYAN) meroket mencapai 33,28% dalam satu bulan perdagangan.
Kemudian saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) menguat 24,11%, PT ABM Investama Tbk (ABMM) terapresiasi 20,46%, dan PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) melesat naik 17,05%.

Menyusul penguatan, PT Delta Dunia Makmur (DOID) melesat naik 14,20%, PT Indika Energy Tbk (INDY) terapresiasi 12,50% dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) menguat 10,31%.
(fad/aji)