Logo Bloomberg Technoz

Dirjen Minyak dan Gas Bumi (Migas) Kementerian ESDM Tutuka Ariadji sebelumnya mengatakan progres pipa transmisi gas bumi Cisem Tahap I saat ini sudah mencapai 96%. Selanjutnya pemerintah akan melanjutkan pembangunan pipa gas Cisem Tahap II atau ruas Batang—Kandang Haur Timur.

Dia menjelaskan, pemerintah harus mempercepat pembangunan proyek tersebut agar mampu menopang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kendal. Pemerintah memprediksi kebutuhan gas dari 26 perusahaan yang berada di KEK Kendal mencapai 39,42 MMSCFD, hingga 2026.

Pipa gas Cisem juga akan membantu pemenuhan kebutuhan gas pada Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB). Pemerintah memproyeksikan kebutuhan gas pada 14 perusahaan di kawasan tersebut mencapai 25,83 MMSCFD hingga 2028.

"Serta kawasan-kawasan industri lainnya di sepanjang pipa transmisi Cisem tahap 1," kata Tutuka, Senin (17/7/2023).

Adapun, pasok gas pada jaringan Cisem akan berasal dari Jambaran Tiung Biru dan lapangan gas yang dikelola Husky-CNOOC Madura Limited (HCML). Selain itu, pemerintah juga akan memasok gas dari Wilayah Karya Agung I dan II di Utara Bali dan Lombok.

"Jadi harapannya kalau sudah berkembang, 10 tahun lagi bisa menggunakan gas dari lapangan tersebut," ujar dia.

Pembangunan pipa gas Cisem Tahap II akan dimulai pada awal 2024. Proyek ini akan memakan biaya hingga Rp3,3 triliun. Pemerintah sendiri sudah mengalokasikan anggaran dengan skema multiyears contract pada APBN 2024—2025.

"Proses lelang akan dilakukan pada akhir 2023 ini," kata Tutuka.

Setelah proyek Cisem, pemerintah akan membangun ruas pipa transmisi Dumai—Sei Mangke sepanjang 400 km. Jaringan pipa gas ini akan membantu distribusi surplus pasokan gas di Jawa Timur ke Jawa Barat.

"Dengan pembangunan pipa transmisi menggunakan APBN, diharapkan nantinya harga jual gasnya juga lebih murah. Karena toll fee-nya bisa murah karena biaya APBN," kata Tutuka.

(wdh)

No more pages