Peristiwa yang masuk dalam rentang satu sigma adalah sesuatu yang cukup mendekati rata-rata. Sementara dua sigma akan membawa Anda mulai memasuki wilayah yang sedikit aneh. Masuk ke peristiwa tiga sigma, maka Anda akan berada di luar kisaran normal yang diharapkan. Menurut Lettie Roach, seorang ilmuwan peneliti di NASA Goddard Institute for Space Studies dan Universitas Columbia, fenomena es laut pada Juni berada di sekitar level itu.
Jika sebuah peristiwa sudah dikategorikan sebagai lima atau enam sigma, artinya fenomena ini sangat luar biasa. Para peneliti telah mematok kemungkinan musim dingin semacam ini akan terjadi setiap satu kali dalam 7,5 juta tahun.
“Sekarang merupakan sebuah penyimpangan yang lebih besar dari kondisi rata-rata daripada yang kita lihat di Kutub Utara,” kata Julienne Stroeve, seorang ilmuwan senior di NSIDC. Berdasarkan penelitian yang diterbitkan tahun lalu, Arktik tampak memanas kira-kira empat kali lebih cepat daripada bagian lain planet Bumi.
Es menghilang di seluruh benua, terutama terlihat di dekat Semenanjung Antartika dan wilayah utara Laut Weddell. Stroeve mengatakan kondisinya sangat kecil, sehingga dua ilmuwan pascdoktoral yang bekerja dengannya melakukan penelitian di lokasi tersebut mengerahkan semua peralatan di atas es kecil yang ada. Akan tetapi mereka kehilangan perlengkapan setelah badai bertiup dan menghancurkan es tersebut.
Not to be alarmist but…this is what’s called a six-sigma event, now unfolding in Antarctica.
— John Gibbons (@think_or_swim) July 24, 2023
Otherwise known as a once-in-7.5-million-year event.
Hang onto your hats.
HT @EliotJacobson pic.twitter.com/BnWIli8Rj3
“Ini adalah musim dingin yang sangat buruk bagi penelitian kami, karena benar-benar tidak ada es laut di daerah itu,” kata Stroeve, yang juga bekerja di Universitas Manitoba sebagai kepala riset Canada 150. “Masih terlalu dini untuk mengatakan dengan pasti, tapi semua model iklim telah mengatakan bahwa es laut Antartika harus menyusut sebagai respons terhadap pemanasan antropogenik.”
Temperatur yang meningkat telah mempengaruhi daratan dan lautan secara global, dengan penelitian yang diterbitkan pada Selasa (25/7/2023) menunjukkan bahwa panas di AS dan Eropa selatan pada Juli “hampir tidak mungkin” terjadi tanpa dorongan dari perubahan iklim. Sementara para ilmuwan sedang mencari tahu soal apa yang sebenarnya terjadi di sekitar Antartika, perubahan iklim telah berdampak buruk pada benua dan lautan esnya.
Setelah pertumbuhan es laut yang lambat namun stabil selama pertengahan 2010-an, terjadi penurunan tajam dalam pertumbuhan es laut. Antartika melihat pertumbuhan es laut terendah pada 2017, namun rekor terbawah tersebut digulingkan pada 2022, dan kemudian disusul oleh tahun ini. Sebagian besar yang harus disalahkan adalah pergeseran iklim alami. Karena es Antartika terbentuk di sekitar benua alih-alih terkandung dalam cekungan seperti es laut Aktik. Es di Antartika cenderung lebih rapuh dan rentan terhadap pengaruh luar seperti El Nino.
Es darat Antartika juga diserang oleh gelombang panas, begitu juga lapisan es mengambang yang berfungsi sebagai penopang agar es tidak mencair ke laut dan menaikkan volume permukaan laut. Bagaimana semua jenis es yang berbeda-beda ini, ditambah dengan pola atmosfer dan masih banyak lagi merupakan satu topik yang paling mendesak dalam sains untuk memahami keadaan dunia dan peran yang dapat dimainkan Antartika untuk membentuk kembali garis pantai.
“Saya pikir peristiwa baru-baru ini benar-benar menegaskan bahwa kita harus melakukan lebih banyak lagi demi memahami alasan perubahan penting ini kita saksikan di es laut, samudera, es daratan, dan atmosfer di Antartika,” kata Roach.
(bbn)