IMF merupakan salah satu dari sekian banyak suara yang melihat potensi soft-landing di AS. Ekonom dalam survei Bloomberg bulan ini meningkatkan perkiraan pertumbuhan PDB pada kuartal kedua dan ketiga, meskipun mereka masih mengatakan ada kemungkinan sebesar 60% bahwa AS akan jatuh ke jurang resesi dalam 12 bulan ke depan.
Terlepas dari pandangan global yang sedikit lebih optimis, IMF tetap memperingatkan bahwa prospek pertubuhan terlihat lemah dibandingkan dengan rata-rata 3,8% selama dua dekade sebelum pandemi Covid-19. IMF juga mengingatkan bahwa “keseimbangan risiko terhadap pertumbuhan global tetap miring ke bawah.”
Suku bunga yang lebih tinggi, yang akan membantu menjinakkan inflasi, akan membebani aktivitas. Pengaruh lain seperti perang yang semakin intensif di Ukraina dan bencana iklim dapat memacu lebih banyak lagi pengetatan dari bank sentral.
“Ancaman terbesar tetap inflasi,” kata Kepala Ekonom IMF Pierre-Olivier Gourinchas dalam wawancara dengan Bloomberg Television. Meskipun ada ketahanan di ekonomi global, “momentumya melambat” di tengah kebijakan moneter yang lebih ketat untuk menjinakkan pertumbuhan harga.
IMF juga menyebut soal risiko berkelanjutan terhadap stabilitas keuangan di tengah suku bunga yang lebih tinggi, pemulihan ekonomi China yang lebih lambat dari perkiraan, tekanan utang di negara berkembang, dan ancaman perdagangan dari fragmentasi geoekonomi, yang telah dipercepat di tengah invasi Rusia ke Ukraina, ditambah dengan ketegangan antara Washington dan Beijing.
Meskipun dihadapkan dengan kebijakan moneter yang lebih ketat, kata IMF, prioritas di sebagian besar ekonomi tetap mencapai disinflasi yang berkelanjutan. IMF kemudian menambahkan bahwa bank sentral harus tetap fokus pada pemulihan stabilitas harga dan memperkuat pengawasan keuangan dan pemantauan risiko.
Di sisi lain, Bank Sentral AS dan Bank Sentral Eropa siap untuk menaikkan suku bunga lebih lanjut. Gubernur Federal Reserve Jerome Powell dan Gubernur ECB Christine Lagarde sama-sama memperingatkan bahwa tingkan inflasi masih terlalu tinggi.
IMF melihat inflasi melambat menjadi 6,8% tahun ini, dibandingkan 8,7% pada tahun 2022. Akan tetapi, IMF juga menaikkan proyeksi kenaikan biaya hidup pada 2024 sebesar 0,3 poin presentasi menjadi 5,2%, mengatakan bahwa mereka mengharapkan harga inti, yang tak termasuk makanan dan energi, menurun secara bertahap.
“Inflasi utama turun karena harga energi turun. Akan tetapi di bawah permukaan, jika melihat inflasi yang mendasarinya, inflasi inti terbukti lebih gigih. Dan kegigihan tersebut merupakan tantangan nyata,” kata Gourinchas dalam wawancara.
IMF mencatat perekonomian yang maju mendorong perlambatan pertumbuhan global dari 3,5% tahun lalu. Terutama karena layanan offset manufaktur yang lebih lemah. Sementara itu, aktivitas di negara berkembang terlihat stabil tahun ini dan tahun depan.
Di antara ekonomi terbesar di dunia, IMF memperkirakan perekonomian AS akan tumbuh 1,8% tahun ini, meningkat 0,2 poin persentase dari April sebelum melambat menjadi 1% pada 2024. Gourinchas mengatakan bahwa resesi AS tidak termasuk dalam perkiraan dasar IMF.
“Jalannya sempit, tapi bisa dicapai,” katanya.
IMF melihat perekonomian China tumbuh 5,2% tahun ini, tidak berubah dari proyeksi sebelumnya. Akan tetapi, mereka memperingatkan bahwa pemulihan negara tersebut pasca-pandemi pada awal tahun ini melambat, sebagian karena pelemahan dalam industri real estat yang merugikan investasi, serta permintaan asing yang lemah dan meningkatnya pengangguran anak-anak muda.
--Dengan asistensi dari Ana Monteiro, Zoe Schneeweiss, Hannah Pedone dan Kailey Leinz.
.
(bbn)