Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan the greenback di hadapan enam mata uang utama dunia, terus melanjutkan penguatan dalam enam hari berturut-turut dengan pagi ini semakin menghijau di posisi 101,356%. Penguatan dolar AS berjalan seiring semakin dekatnya gelar FOMC the Fed pada 27 Juli dan kenaikan ekspektasi FFR hingga ke 5,75% pada sisa tahun ini.
IMF naikkan outlook ekonomi global
Dari eksternal, kepercayaan diri konsumen di Amerika Serikat melesat ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir mengindikasikan masih kuatnya perekonomian negara itu dan menguatkan perkiraan pemodal bahwa the Fed tidak akan ragu terus mengerek bunga acuan sampai target inflasi 2% tercapai.
Dana Moneter Internasional (IMF) juga melansir prediksi terbaru Selasa (25/7/2023) untuk pertumbuhan ekonomi dunia tahun ini menjadi 3% dari perkiraan semula yang dirilis pada April 2,8%.
Naiknya prediksi IMF itu tidak terlepas dari penilaian mengecilnya risiko resesi Amerika Serikat, negara dengan ukuran ekonomi terbesar di dunia juga meredanya krisis perbankan yang pecah di negeri Paman Sam pada Maret lalu.
Intervensi pasar jadi senjata utama BI
Bank Indonesia memperkirakan bank sentral Amerika Federal Reserve akan menaikkan bunga acuan sampai ke level 5,75% di sisa tahun ini. Itu akan mengantarkan tingkat bunga acuan Amerika (FFR) berada di posisi yang sama dengan Indonesia, sesuatu yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
Akan tetapi, Bank Indonesia memberi sinyalemen tegas bahwa level bunga acuan yang sama itu tidak otomatis membuat bank sentral terdesak untuk merespon dengan kenaikan BI7DRR lagi agar selisih imbal hasil dengan Amerika tetap lebar.
"Penentuan suku bunga acuan diputuskan berdasarkan perkiraan inflasi dan pertumbuhan ekonomi domestik. Inflasi kita rendah, pertumbuhan ekonomi cukup baik sehingga, ya sudah, 5,75% sudah pas, konsisten. Bila FFR naik bagaimana? Jamunya apa kalau bukan suku bunga? Jamu BI bukan hanya suku bunga makanya kita pakai jamu stabilisasi nilai tukar melalui intervensi, twist operation maupun triple intervention," jelas Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Selasa (25/7/2023).
Kepercayaan diri Bank Indonesia tidak bisa dilepaskan dari masih relatif tingginya posisi cadangan devisa RI sejauh ini yang masih memadai untuk menahan tekanan pada nilai rupiah.
Bank Indonesia melaporkan cadangan devisa per akhir Juni 2023 sebesar US$ 137,5 miliar. Berkurang US$ 1,8 miliar dari bulan sebelumnya. Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir Juni 2023 tetap tinggi sebesar US$ 137,5 miliar, meskipun menurun dibandingkan dengan posisi pada akhir Mei 2023 sebesar US$ 139,3 miliar.
(rui)