Pelaku pasar kian yakin bahwa The Fed akan mengerem laju pengetatan moneter, yang tahun lalu begitu agresif. “Laju inflasi konsisten mereda. The Fed tentu akan melihat data ini. Kemungkinan kenaikan (suku bunga acuan) 25 bps semakin tinggi,” kata Thomas Costerg, US Senior Economist di Pictet Wealth Management yang berbasis di Jenewa (Swiss).
Saat ini, median Federal Funds Rate ada di 4,3%. Pelaku pasar memperkirakan ada kenaikan 25 bps dalam rapat Komite Pengambil Kebijakan The Fed (Federal Open Market Committee/FOMC) pada 31 Januari-1 Februari mendatang. Dalam dua pertemuan berikutnya, kenaikan suku bunga acuan juga diperkirakan tidak lebih dari 50 bps.
“Data inflasi Desember yang bersahabat membuat The Fed punya ruang untuk melambatkan laju kenaikan suku bunga menjadi 25 bps pada rapat 31 Januari-1 Februari. Kami memperkirakan suku bunga acuan akan mencapai puncaknya di 5% pada Maret dan bertahan hingga akhir tahun,” tutur Anna Wong, Ekonom Bloomberg Economics.
Meski perlambatan laju inflasi sudah diperkirakan sebelumnya, tetapi belum bisa dipastikan sejauh apa penurunannya dan apakah AS akan mengalami resesi ekonomi. Sebab, masih ada kemungkinan The Fed menaikkan suku bunga hingga 50 bps.
“Proyeksi dasar untuk Februari adalah (kenaikan) 25 bps, tetapi ada risiko ke 50 bps. Hal yang terpenting adalah di mana puncaknya dan tidak ada alasan untuk yakin bahwa The Fed berubah pikiran untuk menaikkan menjadi lebih dari 5%,” kata Roberto Perli, Head of Global Policy Research di Piper Sandler & Co yang berbasis di Washington (AS).
(aji/hdr)