Logo Bloomberg Technoz

Kedua, smelter RKEF ramah lingkungan di Bahadopi, Morowali. Fasilitas ini dibangun dengan menggandeng Xinhai dan Tisco -anak usaha raksasa baja China, Baowu- dan dirancang untuk memproduksi 70—80 kiloton nikel. 

Pabrik ini murni tidak menggunakan batu bara dan diklaim sebagai smelter rendah karbon terbesar kedua setelah Sorowako. Produksi dari fasilitas itu bakal digunakan untuk menunjang industri baja nirkarat, sedangkan konstruksi pabrik ditargetkan rampung sekitar 2024—2025.

Ketiga, smelter HPAL Pomalaa dengan kapasitas 120.000 ton nikel dalam format MHP. Ditargetkan rampung 2025, pabrik ini merupakan hasil patungan INCO dengan Huayou dan Ford Motor Co. Selain smelter Bahadpoi, proyek ini juga termasuk dalam salah satu proyek strategis nasional (PSN).

Pekerja PT Vale Indonesia Tbk. (Dok Vale.com)

Menurut Febriany, investasi pertambangan nikel tidak selalu bebas hambatan meski pemerintah tengah fokus memacu penghiliran sektor mineral logam itu. Salah satu area yang masih sensitif dalam industri pertambangan nikel, lanjutnya, adalah lingkungan.

“Kita perlu sangat berhati-hati, perencanaannya terintegrasi, meminimalisir dampak lingkungan. Itu adalah sesuatu yang sangat penting dan terus kami gaungkan. Kami berharap tentu lebih banyak lagi yang bergabung bersama kami untuk menerbangkan praktik keberlanjutan dalam pertambangan nikel. Perlu dicatat, kami juga merasa tidak sempurna ya, tentu kalau ada kekurangan, kami juga terbuka masukan dari banyak pihak,” ujarnya.  

Febriany pun menilai ke depannya Indonesia akan makin memperkuat posisinya dalam industri nikel dunia. “Terlebih, dengan adanya tiga proyek kami itu, [seluruhnya] akan difokuskan dalam beberapa tahun mendatang untuk bisa segera rampung.”

Pada kesempatan yang sama, Febriany menolak berkomentar mengenai progres divestasi saham INCO kepada holding BUMN pertambangan MIND ID.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif sebelumnya mengungkapkan divestasi Vale Indonesia akan bertambah menjadi 14% dari sebelumnya 11%. Dia memastikan, INCO sendiri juga telah menyepakati bertambahnya jumlah saham yang akan dilepas ke MIND ID tersebut.

Saat ini, pemegang saham terbesar Vale Indonesia adalah Vale Canada dengan kepemilikan 43,79% porsi saham. Berikutnya, adalah MIND ID dengan kepemilikan 20% dan Sumitomo Metal Mining sebesar 15,03%. Adapun, kepemilikan publik pada Vale sebesar 21,18%.

(wdh)

No more pages