Prediksi itu lebih rendah dibandingkan perkiraan ekonom untuk pertumbuhan ekonomi Filipina (konsensus 6,4%), namun masih lebih tinggi ketimbang proyeksi untuk Malaysia (3,6%), Taiwan (1,1%), Thailand (3,1%).
Insentif likuiditas
Indonesia menghadapi dampak pelemahan global yang telah memukul kinerja perdagangan sehingga menempatkan konsumsi domestik sebagai motor utama pertumbuhan di sisa tahun ini. Laju pertumbuhan kredit anjlok pada Juni lalu dengan pertumbuhan hanya 7,76%, dari sebesar 9,34% pada Mei.
Akan tetapi opsi merangsang pertumbuhan ekonomi melalui pemangkasan bunga acuan belum akan ditempuh karena masih tingginya ketidakpastian global yang bisa menekan nilai tukar rupiah.
Pada akhirnya, bank sentral memilih untuk melanjutkan program pengucuran insentif likuiditas untuk mendukung laju kredit perbankan agar kembali bangkit sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi.
"BI mendorong pertumbuhan ekonomi dalam negeri khususnya mengenai pertumbhann kredit tadi. BI punya 'jamu' lain yaitu insentif likuiditas makro prudensial yang ditingkatkan makanya kami dorong pertumbuhan kredit untuk dorong pertumbuhan kredit yang berkelanjutan," kata Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia.
(rui)