"Fakta-fakta ini makin menunjukkan kebenaran kebijakan pemerintah kita saat ini," jelas dia.
Mencederai Aspek Lingkungan
Luhut pun merespons kritik lembaga konsultan dan kelompok lingkungan global bahwa Kawasan Industri Morowali telah mencederai aspek lingkungan lantaran menggunakan listrik berbahan bakar batu bara dan merencanakan pembuangan limbah negara.
Dia tidak menampik bahwa keberlangsungan lingkungan di kawasan sentra nikel memang menjadi salah satu perhatian pemerintah hingga saat ini, dan perkembangannya terus dicermati agar tidak terjadi masalah lingkungan dalam pertambangan nikel.
"Kecemasan ini [masalah lingkungan] menjadi kecemasan kami juga. Informasi terus diberikan kepada kami untuk mencegah [kerusakan lingkungan]. Jadi seperti apa solusi yang bisa kami lakukan,” tuturnya.
Dia juga menjelaskan bahwa salah satu cara guna menjaga agar pertambangan nikel tidak merusak lingkungan, pemerintah bakal membatasi pasokan nikel agar tidak berlebihan.
Selain menjaga lingkungan, pembatasan ini juga menjadi cara pemerintah untuk menjaga harga nikel agar tidak terperosok. "Kritik dari berbagai pihak saya dengarkan, kita harus melakukan ini bersama. Bukan hanya pemerintah," ujarnya.
Sebelumnya, PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) berjanji akan memacu investasi untuk mengatasi masalah lingkungan yang makin meningkat dari areal pertambangan nikel terbesar di Tanah Air itu.
Kawasan Industri Morowali mencakup areal seluas lebih dari 3.000 hektare di bagian timur Pulau Sulawesi. Wilayah ini merupakan basis produksi nikel baru yang digadang-gadang mendorong surplus pasokan di pasar global pada tahun ini. Namun, praktik pertambangan di kawasan itu menuai sorotan dari berbagai instansi internasional.
Direktur Pelaksana IMIP Hamid Mina menyebut perusahaan berencana menurunkan jejak karbon di kompleks Morowali melalui instalasi panel surya berkapasitas 500 megawatt.
Kawasan industri tersebut juga berencana menginvestasikan US$63 juta untuk tahap pertama pembangunan panel sebesar 100 megawatt, yang katanya akan mampu menghasilkan daya 180 juta kilowatt-jam per tahun. Itu setara dengan suplai listrik yang cukup untuk sekitar 166.000 orang Indonesia.
Kompleks ini juga memfasilitasi pembangunan pipa sepanjang sekitar 50 kilometer untuk memompa lumpur langsung dari tambang ke pabrik guna mengurangi penggunaan truk, kata Hamid. IMIP juga mempertimbangkan untuk memperkenalkan truk listrik di kawasan industri tersebut.
Chief Executive Officer Skarn Mark Fellows, bagaimanapun, mengatakan bahwa menerapkan energi terbarukan di Indonesia sangat ‘rumit’ karena sejumlah alasan seperti tutupan awan dan potensi angin yang rendah.
“[Selain itu,] emisi dari truk hanya menyumbang porsi yang sangat kecil dibandingkan dengan proses produksi nikel yang bergantung pada batu bara di tambang,” kata Fellows.
Dalam hal pengelolaan limbah, IMIP saat ini memiliki hampir 600 hektare lahan yang dikhususkan untuk dry-stacking; suatu metode pengolahan tailing atau hasil sampingan pertambangan, dengan cara mengeringkan, memadatkan, dan menimbunnya kembali. Lebih banyak area dapat dialokasikan untuk itu jika rencana perluasan taman menjadi sekitar 6.000 hektare disetujui, kata Hamid.
Namun, implementasi dry-stacking cukup menantang di negara yang memiliki curah hujan tinggi dan aktivitas seismik reguler, menurut Harry Fisher dan Bruna Grossl dari Benchmark Mineral Intelligence.
Morowali, yang sebagian besar merupakan kota nelayan satu dekade yang lalu, merupakan jantung dari ledakan ekonomi Indonesia dan menjadi penting secara global dalam industri nikel setelah Indonesia memberlakukan larangan ekspor bijih nikel pada 2019.
Indonesia memiliki ambisi untuk mengurangi ketergantungannya pada ekspor sumber daya mineral dan berinvestasi lebih banyak pada fasilitas hilir yang bernilai lebih tinggi.
(wdh)