Tiga poin rekomendasi Dewan Pakar yang diketuai Agung Laksono tersebut yakni pertama, Golkar diminta membentuk poros baru di luar koalisi pencapresan tetapi harus memenuhi elektoral presidential. Kedua, Airlangga diminta memberi kepastian dan mengumumkan sebagai capres dan memilih cawapres paling lambat akhir Agustus 2023. Ketiga, Airlangga diminta aktif bergerak dalam safari Program Airlangga Hartarto Menyapa Rakyat di seluruh Indonesia demi memenangkan pileg dan pilpres.
Belum juga rekomendasi itu direalisasikan muncul kader-kader senior yang menggerakkan opsi ketua umum baru. Terbaru, Menteri Investasi dan Kepala BKPM Bahlil Lahadalia tak segan-segan menyodorkan diri ingin memperbaiki partai itu yang elektabilitasnya terus merosot. Artinya siap jadi calon ketua umum. Gonjang-ganjing di Golkar sontak kian dahsyat.
“Kebetulan saya pernah berproses di Golkar, pernah jadi bendahara Golkar di Papua. Melihat partai kami ini, saya merasa semua kader harus ikut ambil bagian,” kata Bahlil dalam acara salah satu survei pada Minggu (23/7/2023).
Sementara Luhut Pandjaitan yang juga bagian dari elite Golkar di Dewan Penasihat tak menggeleng ketika ditanyakan potensi jadi ketua umum. Hal itu diketahui saat berbicara di salah satu program televisi. Dia kembali menanggapi soal isu itu ketika ditemui di salah satu event di Jakarta pada Senin (24/7/2023).
“Kalau memang diusulkan ramai-ramai (bersedia jadi ketum partai Golkar), tapi saya untuk apa mempersoalkan itu sekarang? Kerjaan saya juga sudah banyak kok,” kata Menko Marves Luhut Pandjaitan.
Lili menilai, kondisi Golkar saat ini sebenarnya bukan hal baru yang dialami partai tersebut. Dualisme dan keretakan juga pernah terjadi. Namun menurutnya, Golkar yang selama ini gampang beradaptasi harus menunjukkan kembali soliditas demi pemilu. Salah satu hal yang menurut Lili bisa meredam konflik di internal adalah Airlangga perlu memutuskan dengan cepat gerbong di pemilu. Apalagi sang ketua umum elektabilitasnya rendah maka seharusnya bisa legawa dengan figur selain dirinya demi mengamankan perolehan suara partai.
"Mereka harus bersatu demi menaikkan elektabilitas Partai Golkar. Untuk itu sepertinya perlu mengajukan kandidat lain sebagai cawapres yang diusung," kata pengamat tersebut.
Sementara pengamat politik yang juga Dekan FISIP Universitas Pamulang Yusak Farchan menilai, munculnya Luhut dan Bahlil di arena panas jelas menunjukkan Golkar sedang dihadapkan pada friksi internal.
"Desakan Munaslub (musyawarah nasional luar biasa) saya kira akan semakin kencang jika Golkar tidak segera mengambil keputusan politik apakah membangun poros baru atau membuka opsi cawapres," kata dia ketika dihubungi lewat sambungan telepon.
Namun menurutnya, partai tersebut sudah teruji dalam mengelola konflik. Sebagai contoh pada 2014, saat Golkar tak berhasil mengegolkan Aburizal Bakrie sebagai capres dan sempat mengalami dualisme tetapi konfliknya bisa selesai. Selain itu pada Pemilu 2014 kata dia suara Golkar juga terpecah yakni ke Prabowo dan Jokowi tetapi partai itu tetap berjalan.
Kali ini kata Direktur Eksekutif Citra Institute itu, opsi yang paling masuk akal bagi Golkar adalah menentukan merapat ke kubu mana dan tak memaksakan Airlangga menjadi capres.
"Jika Golkar bertahan dengan opsi Airlangga capres, konsekuensinya adalah membentuk poros baru. Persoalannya, poros baru yang akan dibentuk Golkar berpotensi tidak memiliki magnet elektoral bagi partai lain untuk bergabung. Golkar akan kesulitan mendapatkan mitra koalisi," ujar dia.
Golkar menurut dia bisa saja memilih ke PDIP dengan capres Ganjar Pranowo atau ke KIR dengan capres Prabowo. Keduanya adalah kandidat yang direstui Jokowi dan elektabilitasnya bersaing. Meski demikian, merapat ke Prabowo diramal akan lebih masuk akal mengingat Airlangga juga berpotensi menjadi cawapres.
Tentunya harus ada lobi politik yang kuat dari Golkar karena Gerindra sudah terlebih dahulu mengikat kerja sama dalam poros Koalisi Kebangkitan Indonesia Raya bersama PKB yang diketuai Muhaimin Iskandar.
"Saya kira Gerindra juga berkepentingan mendapatkan dukungan politik Golkar. Jika Golkar merapat, positioning Prabowo akan lebih seksi. Soal PKB (koalisi Gerindra) saya kira masih bisa dikompromikan," kata dia lagi soal Muhaimin Iskandar yang selama ini disebut calon utama cawapres Prabowo itu.
(ezr)