Indeks S&P 500 baru-baru ini saja berhasil mencetak kenaikan 6,2% untuk Januari saja, awal terbaik sejak 2019. Sementara indeks saham teknologi Nasdaq 100 juga mencetak kinerja Januari terbaik dalam dua dekade.
Namun, dengan inflasi yang masih tinggi di AS dan kemungkinan resesi yang masih besar, para pemilik dana berupaya melindungi uang tunai mereka dari ketidakpastian pasar. Produk obligasi ritel ala Amerika itu terdiri atas bunga tetap dan bunga variabel yang ditentukan setiap dua kali dalam setahun oleh US Treasury, yaitu setiap Mei dan November.
Tingkat inflasi memberi pengaruh terhadap pergerakan imbal hasil I Bond. Langkah The Fed yang memberi sinyal dovish kemungkinan akan menurunkan tingkat imbal hasil I Bond pada Mei nanti. Klien dari Childfree Wealth yang dipimpin oleh Jay Zigmont masih banyak yang meminati I Bond ini sebagai langkah melindungi uang tunai dari inflasi.
“Tingkat bunga bebas risiko di level 6,89% saat ini masih menarik setelah apa yang terjadi pada 2022. Jadi, produk ini masih memberikan keamanan,” jelasnya.
Meski begitu, menurut Chris Diodato, pemilik WELLth Financial Planning, I Bond tidak lagi menarik untuk direkomendasikan pada para klien karena tingkat kuponnya terus menurun dan kemungkinan akan di bawah 5% pada Mei nanti. Selain itu, ada ketentuan penguncian dana setidaknya selama setahun, sehingga mencairkan dana sebelum lima tahun berarti kehilangan keuntungan selama tiga bulan sebelumnya. Ia lebih merekomendasikan deposito karena dengan tingkat bunga yang sama tapi tidak mewajibkan penguncian dana selama periode tertentu.
(bbn)