Berkaca pada gelar lelang SUN terakhir pada 11 Juli lalu, selera investasi para pemodal terlihat mulai bangkit dengan mencatat kenaikan nilai penawaran masuk hingga 27% setelah pada lelang sebelumnya yang lesu.
Pamor SUN diprediksi masih akan stabil walaupun ada tekanan eksternal yang terus melesatkan tingkat imbal hasil US Treasury, surat utang Amerika. Dengan suplai yang berkurang drastis tahun ini, analis memperkirakan daya tarik SUN masih akan atraktif.
Menteri Keuangan RI Sri Mulyani menyatakan, penerbitan SUN tahun ini yang semula ditetapkan sebesar Rp712,9 triliun, dipangkas hampir separuh menjadi sebesar Rp362,9 triliun. "Dengan tren cost of fund dan suku bunga yang melonjak tinggi di banyak negara, strategi mengurangi penerbitan surat utang menempatkan Indonesia pada posisi yang relatif aman, stabil dan kuat," kata Sri.
Surat utang RI menjadi favorit para investor sepanjang tahun ini didukung oleh kondisi makroekonomi, inflasi melandai dan momentum pertumbuhan yang stabil. Pasokan SUN yang lebih ketat di pasar berpeluang memperpanjang reli surat utang RI dengan dukungan bunga acuan BI7DRR yang bertahan dalam lima bulan terakhir di level 5,75%.
"Kinerja INDOGB/SUN telah mengungguli obligasi negara lain dalam beberapa bulan terakhir didukung inflasi yang menurun dan penyempitan defisit fiskal. Pengurangan pasokan akan membantu INDOGB mempertahankan kinerja baik sejauh ini," kata Vijay Kannan, Macro Strategist Societe Generale.
(rui)