Faktor lain yang memicu penurunan penjualan pada sepanjang semester I-2023 adalah basis harga jual yang cenderung lebih tinggi pada 2022. Unilever mengaku menerapkan sejumlah penyesuaian harga sebagai respons atas tingginya inflasi dan kenaikan harga komoditas bahan baku imbas dari memanasnya konflik geopolitik Rusia-Ukraina.
Meskipun mengalami penurunan laba, Ira mengatakan jika perusahaan tengah melakukan serangkaian strategi untuk mendorong kinerja ke depan. Seperti, program optimalisasi di pabrik, distribusi, logistik dan promosi, serta didukung oleh harga komoditas yang lebih baik.
Dia juga memaparkan jika perseroan telah berupaya menerapkan beberapa strategi untuk mempertahankan kinerja dan daya saing terhadap kompetitor. Diantaranya yakni memperkuat dan membuka potensi penuh dari brand-brand utama, memperluas dan memperkaya portofolio ke premium dan nilai segmen, membangun eksekusi powerhouse untuk memperkuat kepemimpinan di channel utama, penerapan e-everything di semua lini bisnis, serta tetap mempertahankan market.
"Kita akan melihat oportunity di pricing (peluang kebijakan harga) agar price (harga) kita nggak over (tidak lebih tinggi) dibandingkan kompetitor. Ada brand yang sangat sensitif dan ada brand-brand yang punya power (kekuatan) yang melakukan pricing (penetapan harga)," ungkapnya.
Meski penjualan turun, manajemen Unilever mengklaim mampu mempertahankan pangsa pasar secara volume sebesar 31,1% di semester I-2023
“Kami percaya bahwa pendekatan ini akan memperkuat fundamental bisnis kami, meningkatkan daya saing, dan menghasilkan pertumbuhan jangka panjang. Visi kami adalah tumbuh bersama Indonesia di tahun-tahun mendatang, dan kami terus mencari peluang untuk terus tumbuh serta mencapai tujuan kami tersebut,” tuturnya.
(ibn/roy)