Bloomberg Technoz, Jakarta - Karyawan Google melakukan aksi protes di Amerika Serikat (AS) pekan ini. Tujuannya adalah mendapatkan perhatian publik akan kondisi kerja mereka, pegawai kontrak, dan mendukung ribuan karyawan yang sebelumnya divonis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Melansir Bloomberg News, aksi demonstrasi dilakukan Rabu pekan ini di kantor pusat Google di Mountain View, California, Amerika Serikat (AS). Aksi selanjutnya dilakukan kemarin di kantor Google di Kota New York, selepas perseroan mengumumkan PHK terbesar sepanjang sejarah perusahaan yaitu 12.000 orang atau 6% dari total karyawan di seluruh dunia.
Sejumlah perusahaan teknologi lainnya seperti Microsoft Corp, Salesforce Inc, dan Amazon Inc pun belum lama ini melakukan PHK.
Demonstrasi di New York dihadiri oleh sekitar 50 karyawan di luar gerai Goggle di Ninth Avenue. Aksi dimulai beberapa menit setelah Alphabet Inc (perusahaan induk Google) melaporkan laporan keuangan kuartal IV-2022 dengan laba US$ 13,6 miliar (Rp 202,2 triliun).
“Hari ini, Google membantah sendiri alasan mem-PHK 12.000 rekan kerja kami. Sudah jelas bahwa penghematan yang didapat dari PHK tidak ada apa-apanya dengan pembelian kembali saham (buyback) atau laba miliaran dolar kuartal lalu,” tegas Alberta Devor, Insinyur Perangkat Lunak Google.
Dua aksi unjuk rasa tersebut dilakukan oleh Alphabet Workers Union, serikat pekerja minoritas yang tidak punya posisi tawar. Anggotanya termasuk karyawan sub-kontrak.
“Hari ini kami menunjukkan isu yang dialami oleh semua pekerja. Apapun status dan pekerjaan mereka,” lanjut Devor, yang sudah bekerja di Google selama lebih dari 3 tahun.
Dalam aksi Rabu lalu, lusinan karyawan sub-kontrak bicara tentang kondisi kerja yang di bawah standar. Termasuk “gaji bagi orang miskin dan tanpa tunjangan”, kata mereka.
Tugas para pegawai sub-kontrak itu di antaranya melakukan kajian konten untuk pengembangan algoritma. Juga menyisir video di Youtube dan mencari iklan atau konten ofensif. Namun mereka mengaku dibayar di bawah standar minimum Google.
“Kami ingin punya kesempatan untuk bertahan hidup dengan pekerjaan ini,” tutur Zai Snell, salah seorang pekerja sub-kontrak melalui sambungan telepon.
(bbn)