Logo Bloomberg Technoz

"Kami berpaling ke lokasi tampat nasabah kami pergi," ujarnya. "Itu adalah komponen terbesar dalam menentukan rencana kami dan besaran investasi yang akan kami keluarkan di masing-masing negara."

Langkah ini terjadi di saat para pemasok di Asia mendapat tekanan untuk mendiversifikasi rantai produksi mereka ke luar wilayah China yang merupakan "pabrik dunia" tempat berbagai barang mulai dari sepatu hingga ponsel pintar diproduksi. 

Perubahan ini mulai terjadi ketika perang dagang China-AS dimulai pada 2018 dan semakin intensif setelah era pandemi Covid-19 terjadi peningkatan persiteruan geopolitik. 

"Secara ekonomi, China masih merupakan pasar," kata Miao. "Tetapi sekarang perhatian semakin melebar ke wilayah lain."

Perusahaan-perusahaan Taiwan, yang secara tradisional merupakan investor terbesar di China, berpaling dari negara itu juga karena peningkatan persaingan dan kenaikan upah buruh. 

Miao mengatakan bahwa belakangan ini pabrik-pabrik itu pindah karena pelanggan mereka meminta diversifikasi ke luar wilayah China yang semakin mempercepat perubahan ini. 

"Kebanyakan pembeli mereka adalah dari Eropa atau Amerika, sehingga mereka memberi instruksi yang berbunyi, "Saya ingin Anda melakukan plus one," ujarnya merujuk pada strategi bisnis yang menghindari berinvestasi hanya di China. 

"Menurut saya itu yang menjadi alasan sebenarnya," kata Miao. 

Langkah Cathay ini sejalan dengan langkah sejumlah bank Taiwan untuk secara terukur keluar dari China yang menyebabkan kegiatan mereka di negara ekonomi kedua terbesar dunia ini berada di titik terendah dalam setidaknya satu dekade. 

Total pinjaman, investasi dan transaksi antar bank di China dari perbankan Taiwan turun 18% pada kuartal pertama 2023. 

Selain itu, perusahaan-perusahaan Taiwan juga mengurangi investasi baru di China hingga 14% pada 2022 dibanding tahun sebelumnya. 

Sementara itu, laporan dari Kementerian Ekonomi Taiwan memperlihatkan bahwa investasi di Asia Tenggara tumbuh hampir setengah dari total investasi asing negara itu.

Cathay Financial, perusahaan induk Cathay United Bank, melaporkan penurunan profit di kuartal pertama tahun ini akibat penambahan biaya hedging valuta asing dan penurunan keuntungan investasi. Akan tetapi, profit dari lini perbankan sendiri naik 33% menjadi US$294 juta dibanding periode yang sama tahun lalu. 

Sebagian besar bisnis Cathay di Asia Tenggara adalah layanan untuk korporasi. Bank tersebut menyediakan jasa seperti pendaftaran finansial, hubungan dengan pemerintah setempat dan konsultasi hukum kepada nasabahnya. 

Bank-bank lain juga mecoba mengambil keuntungan dari aliran dana antara China dan Asia Tenggara ini. Bank terbesar kedua Singapura, Oversea-Chinese Banking Corp., baru-baru ini mengumumkan target untuk meningkatkan pendapatan dari bisnis antara China dan Asia Tenggara. 

(bbn)

No more pages