Bloomberg Technoz, Jakarta - Memasuki endemi, tingkat kemiskinan masyarakat Indonesia cenderung menurun. Akan tetapi, ketimpangan ekonomi semakin menunjukkan keterpurukan.
Bustanul Arifin, salah satu Profesor dari Fakultas Pertanian, Universitas Lampung (Unila) menyoroti ketimpangan di Indonesia yang memburuk. Lalu, apa yang menjadi faktor ketimpangan tersebut?
“Karakter pertumbuhan ekonomi yang kualitasnya rendah. Mengapa? Dominasi sektor non-tradable [jasa yang tak dapat dijangkau oleh lapisan bawah] terlalu dominan dibandingkan dengan pertanian dan manufaktur,” kata Bustanul saat menjadi salah satu pembicara dalam diskusi akhir pekan “Kesenjangan Kaya-Miskin Semakin Melebar” oleh Universitas Paramadina yang digelar secara daring pada Minggu (23/7/2023) malam.
Selain itu, pemerataan kepemilikan aset, seperti distribusi lahan memburuk. Petani berlahan sempit juga mengalami kenaikan jadi 54%. Selanjutnya, Bustanul mengatakan akses terhadap produksi dan sumber daya terbatas, ditambah lagi dengan buruknya infrastuktur ekonomi dan sumber daya produksi tidak merata.

Menurut dia, kebijakan yang dibuat oleh pemerintah juga dinilai tidak efektif. Contohnya beragam subsidi, seperti pada sektor pangan, pendidikan, hingga pupuk. Pemerintah dinilai harus mengubah kebijakan yang berbasis inovasi dalam perubahan teknologi.

Sebagai salah satu contoh isu besarnya, yaitu di sektor pertanian. Pelaku tani, ucap Bustanul, memerlukan insentif untuk melakukan peningkatan teknologi hingga penggunaan input pertanian.
“Usul kami, petani harus diberi bantuan langsung. Bukan pupuknya yang disubsidi, tetapi orangnya,” kata Bustanul.
Selain itu, Bustanul memberikan alternatif solusi dalam upaya mengurangi ketimpangan ekonomi. Pertama, entrepreneurship, kedua mengubah strategi pembangunan pertanian. “Harus ada pemihakan dan pemberdayaan terhadap petani,” lanjutnya.
Usul ketiga industrialisasi pedesaan. Diversifikasi usaha pertanian, terutama di pedesaan, juga bisa dilakukan untuk mengurangi risiko. Keberadaan teknologi informasi juga dianggap penting bagi Bustanul, seperti memperluas akses informasi pasar, hingga soal informasi pembiayaan.

“Dimulai dari pedesaan karena ini yang kira-kira mampu menahan ketimpangan yang lebih buruk itu. Yang kedua, rural non-farm employment (RNFE). Walaupun di pedesaan, employment luar pertanian juga perlu menjadi fokus,” tambahnya.
(del/wep)