Pertemuan di wilayah pesisir Goa bertujuan menetapkan kesamaan topik dalam transisi energi, menjelang pertemuan para pemimpin G20 pada bulan September, juga forum COP28 di Dubai pada Desember mendatang.
Pertemuan para menteri energi ini terjadi di tengah cuaca ekstrem menyengat beberapa bagian Eropa, Asia dan Amerika Serikat, termasuk gelombang panas. Bahkan terjadi pemecahan rekor suhu dan jugamenyebabkan kematian di India dan tempat lain.
Apa yang terjadi hari ini mendorong pentingnya aksi nyata yang lebih besar atasi iklim, dan agar negara-negara membuat komitmen yang lebih besar untuk membatasi kenaikan suhu global di bawah 1,5°C.
Dua negara penghasil emisi terbesar, Amerika Serikat dan Cina menggelar pertemuan minggu lalu, namun gagal menghasilkan kemajuan yang berarti. Namun kedua negara sepakat akan mempercepat diskusi dan menemukan beberapa kesepakatan perihal pengurangan penggunaan batu bara, ujar perwakilan AS, John Kerry.
Para pejabat dalam pertemuan di Goa juga gagal menyepakati bentuk kritik Rusia atas penyerangan ke wilayah Ukraina pada tahun 2022, yang berdampak pada rantai pasokan energi global ke banyak negara.
Menteri Ekonomi Jerman Robert Habeck menyudutkan Wakil Menteri Energi Pertama Rusia Pavel Sorokin karena mempromosikan “pandangan yang keliru” tentang asal-usul krisis energi, dan dalam perihal perang di Ukraina secara umum. Rusia dan Arab Saudi menolak kesepakatan untuk melipatgandakan kapasitas pembangkit energi terbarukan pada tahun 2030.
Meski demikian terdapat kesepakatan untuk memobilisasi pendanaan berbiaya rendah untuk transisi energi, pengembangan teknologi seperti hidrogen bersih, penyimpanan energi, dan juga menyediakan akses ke energi secara menyeluruh, menurut dokumen pertemuan tersebut.
(bbn)