Pekan depan, sekitar 170 perusahaan yang tergabung dalam indeks S&P 500, akan melaporkan kinerja keuangan mereka. Kelompok usaha ini mewakili 40% kapitalisasi pasar di Bursa, termasuk di dalamnya tiga perusahaan teknologi kakap, Microsoft Corp, Meta Platforms Inc. dan induk perusahaan Google, Alphabet Inc.
Pada Rabu pekan depan The Fed akan merilis kebijakan terbaru tentang suku bunga, dengan Gubernur Jerome Powell akan memberikan petunjuk apakah para investor benar dalam pertaruhan mereka bahwa kenaikan sebesar seperempat poin akan menjadi yang terakhir.
“Kekhawatiran utama bagi para investor pada semeter 2 tahun ini adalah The Fed. Jika terjadi kenaikan daripada yang diperkirakan Wall Street, maka akan buruk bagi saham-saham teknologi dan pertumbuhan. Valuasi harus turun” kata Eric Diton, presiden dan direktur pelaksana Wealth Alliance, dilansir Bloomberg News.
Pertumbuhan nilai pada saham-saham sangat bergantung pada kebijakan suku bunga, dan menjadi acuan dalam perhitungan pendapatan di periode mendatang dari posisi saat ini. Banyak saham teknologi telah menguat tahun ini.
Saham mengalami keuntungannya dan terbukti tahan banting. Di sisi lain the Fed mulai memperlambat laju kenaikan suku bunganya, bahkan pada pertemuan terakhir memilih untuk menahan bunga acuan.
Capaian sepanjang 2023 sebagian didorong oleh optimisme teknologi artificial-intelligence (AI) atau kecerdasan buatan, dengan valuasi yang bergerak naik. Nasdaq 100 mengalami kenaikan 42% sepanjang tahun ini dan diperdagangkan 29 kali pendapatan ke depan. Keuntungan terus menghampiri —bahkan usai mencatatkan hari terburuk dalam dalam beberapa bulan terakhir pada hari Kamis, dan selanjutnya mendarat pada posisi lebih rendah di akhir pekan ini.
Perusahaan teknologi besar juga berperan penting atas raihan indeks S&P 500.
Mereka berkontribusi dominan dalam perhitungan bobot. Lima perusahaan terbesar dalam indeks —Apple, Microsoft, Amazon.com Inc, Nvidia Corp, dan Alphabet— jika digabungkan mencatat 30 kali pendapatan di masa mendatang, tertinggi sejak Maret 2022, menurut data yang disajikan Bloomberg Intelligence. Angka tersebut nyaris dua kali lipat dari indeks lainnya.
Segala capaian ini juga menjadi cermin optimisme bahwa pendapatan perusahaan teknologi besar akan terus bertumbuh, usai kebijakan mereka dalam pemangkasan biaya. Faktanya, lima perusahaan terdepan dalam indeks S&P 500 dipercaya akan menunjukkan ekspansi laba sebesar 16% pada kuartal kedua, disampaikan Bloomberg Intelligence. Bandingkan dengan kontraksi laba sebesar 9% untuk indeks ekuitas secara lebih luas.
Gina Martin Adams, Kepala strategi ekuitas Bloomberg Intelligence, mengatakan bahwa terdapat sinyal terpisah yang menjadi penanda baik dalam hal potensi keuntungan perusahaan di paruh kedua 2023, utamanya saat pelonggaran inflasi harga produsen dapat terus meningkatkan margin.
“Tidak ada yang berbicara soal potensi berakhirnya tekanan laba untuk lima perusahaan teratas di S&P 500. Hal itu sebenarnya dapat teratasi dengan sendirinya, dengan sisa indeks yang lain mengejar ketertinggalan dalam peningkatan laba. Hal itu selanjutnya dapat mendukung harga-harga saham secara lebih luas,” kata dia.
Pada 25 Juli Microsoft dijadwalkan akan melaporkan kinerja pendapatan. Terdapat harapan bahwa kemajuan AI mulai membuahkan hasil. Perusahaan mengumumkan bahwa harga aplikasi korporatnya lebih tinggi daripada yang diperkirakan banyak investor.
Namun, kenaikan tajam sepanjang tahun ini telah membuat beberapa investor khawatir bahwa ekspektasi pasar saham telah berjalan terlalu jauh, menarik beberapa perbandingan atas kejatuhan dot-com.
"FOMO teknologi membuat saya khawatir dalam beberapa bulan mendatang. Jika Anda melihat kembali saat pergantian milenium, kepastian internet mengubah hidup kita, tetapi pada tahun 1999 investor bisa saja kehilangan banyak investasi karena terjebak dalam sensasi, jadi Anda harus berhati-hati," kata Cheryl Smith, manajer portofolio dan ekonom Trillium Asset Management.
(bbn)