Logo Bloomberg Technoz

Tidak hanya itu, maskapai juga harus melakukan kajian mendalam untuk kelaikan rute, termasuk mempertimbangkan apakah rute tersebut menguntungkan bisnisnya atau tidak. Terlebih, maskapai penerbangan merupakan bisnis dengan pertaruhan yang mahal.

“Permasalahannya, untuk Bandara Kertajati saya tidak yakin kalaupun maskapai masuk, ini keinginan dari merekaa atau kelaikan pasar, tetapi lebih banyak karenaa desakan pemerintah agar mereka melayani rute Kertajati. Kalau maskapai rugi nanti akan menghentikan operasinya,” katanya.

Di lain sisi, pengamat penerbangan Gatot Raharjo mengatakan maskapai bisa mendulang cuan jika beroperasi di bandara yang terletak di Majalengka, Jawa Barat itu asalkan akses sarana transportasi menuju ke sana ditambah. Jalan tol Cileunyi—Sumedang—Dawuan (Cisumdawu) saja dinilainya tidak cukup.

Menurutnya, potensi pasar penumpang maskapai dari dan ke Bandara Kertajati sebenarnya cukup besar. Tidak hanya dari masyarakat di Bandung, tetapi juga wilayah Jabar lainnya mulai dari Majalengka hingga ke Cirebon yang semuanya cenderung mengarah ke kawasan Kertajati.

“Potensinya besar cuma harus dibantu beberapa hal, terutama akses dari Bandung ke Bandara Kertajati sendiri. Sekarang ada Jalan Tol Cisumdawu, tetapi selain tol, harus ada angkutan umumnya kayak bus kalo bisa sih dibuat kereta api,” ujarnya saat dihubungi, Kamis (13/7/2023).

Ibarat Rute Baru

Alvin menambahkan, maskapai penerbangan harus mempertaruhkan banyak hal saat memutuskan untuk melayani Bandara Kertajati, yang berjarak sekitar 68 km dari timur Bandung.

“Kertajati ini ibaratnya airlines membuka rute baru. Biasanya kalau buka rute baru itu, isu pertama adalah sumber daya manusia [SDM]; baik untuk administrasi, pelayanan check in, pelayanan bagasi, maupun teknisi-teknisi perawatan pesawat,” jelasnya saat dihubungi, Jumat (14/7/2023).

Kondisi-kondisi tersebut membuat keputusan maskapai untuk ‘masuk’ ke Bandara Kertajati menjadi tidak murah. Sayangnya, dia tidak menyebut berapa potensi nilai kerugian yang diderita maskapai saat memindahkan layanannya ke Kertajati.

Di Kertajati, menurutnya, belum ada SDM ahli untuk ditempatkan di bandara terluas kedua di Indonesia setelah Soekarno-Hatta itu. Walhasil, maskapai harus turut merelokasi SDM dari bandara-bandara lain yang sudah berpengalaman sehingga tidak perlu ada masa adaptasi yang panjang saat harus melayani Kertajati.

“Bukan hanya soal gaji saja, tetapi juga akomodasi. Orang yang baru dipindahkan ini harus ada tempat tinggalnya di sekitar Bandara Kertajati. Sudah ada fasilitas perumahannya belum? Kalau belum, mereka harus tinggal agak jauh dari bandara dan ini maskapai juga harus menyediakan sarana transportasi yang tidak murah,” terang Alvin.

(krz/dhf)

No more pages