Terkait dengan hal itu, Irwandy mengatakan proyek penghiliran batu bara –baik yang dimotori PTBA maupun KPC– terpaksa mundur dari target pelaksanaan pada tahun ini. Namun, dia menampik spekulasi bahwa proyek strategis nasional (PSN) itu dihentikan.
“Pasti jadi. Memang pasti penghilirannya jadi mundur, padahal itu yang diharapkan menjadi jalan keluar [bagi perusahaan batu bara di Tanah Air]. Mungkin KPC tidak ke arah DME, tetapi ke amonia. Sementara itu, PTBA sedang mencari partner baru dan menunggu kepastian dari pemerintah seperti apa penugasan dan sebagainya,” jelas Irwandy.
Di lain sisi, Presiden Direktur Bumi Resources Adika Nuraga Bakrie pada akhir Mei memastikan proyek penghilliran batu bara menjadi amonia besutan KPC akan mulai dieksekusi tahun depan.
Dia pun mengungkapkan pembangunan pabrik pengolahan batu bara BUMI akan menggandeng mitra baru, yaitu perusahaan asal China. Sayangnya, dia enggan mengungkapkan siapa investor baru tersebut. Namun, berembus kabar Sedin Engineering Co. Ltd. menjadi calon kuat pengganti ACPI dalam proyek penghiliran batu bara di dalam negeri.
“Kita ini punya target agak agresif setelah berganti partner. Targetnya awal 2024 ini bisa groundbreaking. Saat ini masih persiapan untuk memulai basic engineering design-nya,” katanya.
Presiden Joko Widodo dalam beberapa kesempatan menyinggung bahwa proyek penghiliran batu bara dapat mengurangi beban subsidi energi untuk LPG senilai Rp7 triliun per tahun.
Untuk gasifikasi, proyek itu sejatinya direncanakan selama 20 tahun di wilayah Bukit Asam Coal Based Industrial Estate (BACBIE) yang berada di mulut tambang batu bara Tanjung Enim, Sumatra Selatan. BACBIE akan berada di lokasi yang sama dengan PLTU Mulut Tambang Sumsel 8.
Dengan mendatangkan investasi asing dari APCI senilai US$2,1 miliar atau sekitar Rp30 triliun, proyek itu digadang-gadang sanggup memenuhi kebutuhan 500.000 ton urea per tahun, 400.000 ton DME per tahun, dan 450.000 ton polipropilen per tahun.
Menyitir pernyataan resmi Pertamina, dengan utilisasi 6 juta ton batu bara per tahun, proyek ini diklaim dapat menghasilkan 1,4 juta DME per tahun untuk mengurangi impor LPG 1 juta ton per tahun sehingga dapat memperbaiki neraca perdagangan.
Selain itu, proyek ini diharapkan dapat memberikan efek domino seperti menarik investasi asing lainnya dan –melalui penggunaan porsi tingkat komponen dalam negeri (TKDN)– proyek itu juga dapat memberdayakan industri nasional dengan penyerapan tenaga kerja lokal.
(wdh)