Lebih lanjut, Ratna memastikan pasok gandum di Indonesia juga tidak akan terpengaruh sentimen Rusia-Ukraina. “Stok gandum nasional kita aman,” tuturnya, tanpa mengelaborasi berapa pasok gandum yang dikelola industri saat ini.
Berdasarkan data Departemen Agrikultur AS atau United States Department of Agriculture (USDA), konsumsi gandum Indonesia konstan berada di atas 10 juta ton per tahun sejak 2016—2017.
Pada 2021—2022, permintaan gandum RI menembus 10,4 juta ton, naik dari periode 2020—2021 sebanyak 10,1 juta ton. Dengan konsumsi sebesar 37 kg/kapita/tahun, gandum di Indonesia setara dengan 38% konsumsi beras di Tanah Air.
Mengutip data World Instant Noodles Association (WINA), Indonesia juga merupakan negara pengonsumsi mi instan berbasis gandum terbesar kedua di dunia setelah China. Pada 2022, jumlahnya mencapai 14,26 miliar bungkus per tahun.
Sekadar catatan, harga gandum dunia berfluktuasi menyusul meningkatnya ancaman seputar perdagangan serealia di Laut Hitam. Ukraina dan Rusia saling ancam bahwa kapal yang menuju ke pelabuhan masing-masing dapat dianggap sebagai target militer.
Laut Hitam adalah jalur keluar utama untuk komoditas pertanian dari kedua negara, dan ancaman tersebut meningkatkan risiko perdagangan pangan global dan mengerek harga gandum.
Futures untuk gandum berfluktuasi Kamis (20/07/2023) setelah melonjak lebih dari 11% dalam dua sesi sebelumnya, setelah Rusia pada awal pekan ini mengakhiri kesepakatan ekspor serealia Ukraina.
(wdh)