“Kita telah melihat pembalikan, tetapi ini masih sangat awal. Risiko masih sangat besar, terlalu awal untuk menyatakan kemenangan,” tegasnya.
Bailey melanjutkan, tekanan inflasi masih ada. BoE harus “benar-benar yakin” sebelum mengubah posisi (stance).
“Jelas bahwa bank sentral merasa sudah dekat dengan akhir dari siklus kenaikan suku bunga,” ujar Jamie Niven, Fund Manager di Candriam.
Persepsi ini mendominasi pasar dan membuat nilai tukar mata uang poundsterling melemah 0,9% terhadap dolar Amerika Serikat (AS) ke GBP 1,2265/US$. Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah tenor 10 tahun terpangkas 23 bps ke 3,08%.
Pelaku pasar pun mengubah proyeksi puncak suku bunga acuan ke 4,35% dari semula 4,4%. Ini sepertinya akan dicapai pada pertengahan 2023, dan BoE bisa saja menurunkan suku bunga acuan 25 bps pada akhir 2023 untuk kemudian berlanjut pada 2024.
Dalam waktu dekat, pasar memperkirakan masih ada kenaikan 25 bps dua kali lagi.
Namun Bailey mengingatkan bahwa proyeksi BoE masih diliputi ketidakpastian, terutama dari harga energi, komoditas, dan pertumbuhan upah. Deputi Gubernur Dave Ramsden pun menggarisbawahi bahwa kalau BoE tidak mengubah proyeksi harga energi, maka inflasi bisa lebih tinggi 1 poin persentase.
Komite masih akan merespons inflasi. Jika ada bukti bahwa tekanan inflasi bersifat persisten, maka dibutuhkan pengetatan moneter lebih lanjut.
BoE juga menilai saat ini Inggris sudah berada dalam resesi ekonomi karena kontraksi Produk Domestik Bruto (PDB) hampir 1% selama lima kuartal terakhir. Ini akan menyebabkan hilangnya 500.000 lapangan kerja dalam 3 tahun mendatang. Artinya, ekonomi Inggris belum bisa mencapai level sebelum pandemi sampai 2026.
Namun BoE memperkirakan resesi tidak akan sedalam sebelumnya. BoE memperkirakan PDB Inggris terkontraksi (tumbuh negatif) 0,5% tahun ini. Tidak jauh dari perkiraan Dana Moneter Internasional (IMF) yaitu -0,6%.
“Perbedaan akan terjadi setelah itu. Mereka (IMF) memperkirakan ekonomi akan bangkit lebih cepat daripada perkiraan kami,” kata Bailey.
BoE memperkirakan ekonomi Inggris akan tumbuh 0,7% dalam 3 tahun ke depan, lebih rendah dibandingkan proyeksi November 2022 yaitu 0,9%. Sebelum krisis finansial, tren pertumbuhan ekonomi Inggris adalah 2,5%. Dalam 1 dekade sebelum pandemi adalah 1,5%.
Keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) juga memberi dampak. BoE memperkirakan produktivitas akan turun 3,25% dalam jangka panjang.
Dua anggota Komite yaitu Silvana Tenreyro dan Swati Dhinga menilai kenaikan suku bunga yang dilakukan sebelumnya dan perlambatan ekonomi semestinya sudah cukup untuk mengerem laju inflasi. Mereka memilih untuk menahan suku bunga acuan.
“Kebijakan terkini BoE menunjukkan bahwa suku bunga acuan sudah sangat dekat dengan puncaknya. Kami memperkirakan kenaikan 25 bps pada Maret, walau ada kemungkinan ditahan. Pada musim semi, inflasi semestinya sudah turun signifikan dan tekanan di pasar tenaga kerja akan mereda. Ini membuat peluang kenaikan suku bunga selepas kuartal I-2023 menjadi lebih kecil. Namun inflasi inti yang persisten mungkin membuat penurunan suku bunga baru bisa terjadi 2024,” tulis Dan Hanson dan Ana Andrade dari Bloomberg Economics.
(bbn)