“Jadi pada Oktober, saat winter season 29 Oktober, itu kita mulai secara gradual [operasi Bandara Kertajati]. Dengan syarat, Jalan Tol Cisumdawu [ Cileunyi—Sumedang—Dawuan] sudah lancar, sudah beroperasi semua, karena itu yang akan menjadi akses kan nanti,” terangnya.
Sekretaris Jenderal Indonesia National Air Carrier Association (INACA) Bayu Sutanto sebelumnya menilai maskapai penerbangan membutuhkan insentif minimal selama setahun dari pemerintah, guna menjaga performa bisnisnya jika harus merelokasi atau membuka jadwal penerbangaan ke bandara di Majalengka berkode KJT itu.
Dia mengatakan mengatakan maskapai akan mempertimbangkan aspek tingkat keterisian (load factor), frekuensi penerbangan, serta biaya bandara sebelum membuka rute baru di suatu bandara, terutama bandara internasional.
“Akan menarik apabila dalam periode 1 tahun diberikan insentif atau stimulus biaya-biaya bandara bagi maskapai untuk terbang dan mendarat di Bandara Kertajati tersebut,” ujarnya kepada Bloomberg Technoz, Rabu (19/7/2023).
Dia mengelaborasi, pada awalnya, maskapai menduga penyebab KJT ‘tidak laku’ adalah akibat keterbatasan dan kemudahan akses dari Kota Bandung ke Kertajati, yang berjarak sekitar 96 km berdasarkan perkiraan dari aplikasi Google Maps.
“Dahulu diduga penyebabnya adalah soal akses yang menjadi penyebab pax [penumpang]-nya malas atau tidak mau terbang dari dan ke KJT. Namun, ternyata, dengan selesainya Jalan Tol Cisumdawu, waktu tempuh Bandung—Kertajati masih lebih dari 1 jam juga. Bisa dicek di Google Maps sekarang, berapa waktu tempuh dari pusat Kota Bandung ke KJT,” tegas Bayu.
(wdh)