Kesepakatan itu telah membantu menjaga arus perdagangan untuk sementara waktu dan merupakan contoh langka kerja sama Rusia selama perang berlangsung.
Terganggunya jalur perdagangan akan memaksa pasokan ke pasar dunia melalui jalan yang lebih sempit dan rumit.
Pada hari-hari sejak penarikan kesepakatan itu, yang awalnya disetujui setahun lalu, Rusia telah berulang kali menarget infrastruktur pertanian Ukraina, dengan menembaki pelabuhan dan merusak terminal biji-bijian. Produsen minyak bunga matahari terbesar di Ukraina, Kernel SA, mengatakan kerusakan di salah satu fasilitasnya membutuhkan waktu setidaknya satu tahun untuk diperbaiki.
Menarget infrastruktur semacam itu “menandai fase baru dalam konflik,” menurut Agritel, perusahaan konsultan yang berbasis di Paris.
Semua kapal yang menggunakan koridor Laut Hitam telah meninggalkan Ukraina sebelum kesepakatan biji-bijian berakhir. Pelabuhan Laut Hitam adalah arteri vital untuk penjualan tanaman Ukraina di luar negeri, yang sebelumnya merupakan bagian terbesar dari ekspornya.
Beberapa negara tetangga Ukraina di Eropa timur telah berjanji untuk membantu pengiriman transit biji-bijiannya melalui wilayah mereka ke negara lain. Namun, kelompok yang meliputi Polandia, Bulgaria, Hungaria, Slovakia dan Rumania itu menegaskan ingin tetap membatasi penjualan domestik bahan-bahan dari Ukraina tersebut, setelah timbul protes dari petani lokal karena terjadi penurunan harga ketika tanaman Ukraina membanjiri pasar mereka.
Kenaikan harga biji-bijian ini memicu kekhawatiran baru akan inflasi makanan. Harga banyak produk yang terbuat dari gandum, seperti tepung dan sereal sarapan, terus meningkat. Risiko pasokan biji-bijian dapat meningkatkan biaya produksi bagi produsen makanan.
“Kami bekerja dengan semua mitra internasional untuk memastikan bahwa biji-bijian tidak akan membusuk di silo di Ukraina dalam beberapa minggu mendatang, tetapi sampai ke masyarakar di dunia yang sangat membutuhkannya,” kata Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock kepada wartawan sebelum pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussel.