Logo Bloomberg Technoz

Kemudian, ruas Sigli—Banda Aceh Seksi 5 sepanjang 7,3 km yang per kuartal I-2023 progres konstruksinya mencapai 98,97%, ruas Baro—Simpang Baitussalam Seksi 6 sepanjang 5,1 km dengan progres konstruksi 82,07%, serta Padang Tidji—Seulimum Seksi 1 sepanjang 24,68 km dengan progres konstruksi 81,19% dan progres pembebasan lahan 98,15%. 

Adapun, Jalan Tol Bengkulu—Taba Penanjung yang baru saja diresmikan Kepala Negara merupakan bagian dari feeder jaringan JTTS sepanjang ±98 km yang terbagi dalam dua tahap. Tahap 1 adalah Bengkulu—Taba Penanjung dengan total panjang 16,7 km dan telah beroperasi sejak akhir 2022. 

Tahap 2 merupakan Lubuk Linggau—Taba Penanjung dengan panjang 80 km yang masuk dalam tahap IV pembangunan JTTS sesuai Peraturan Presiden (Perpres) No. 131/2022 tentang Perubahan Kedua atas Perpres No. 100/2014 tentang Percepatan Pembangunan Jalan Tol di Sumatra. 

Tarif Jalan Tol Bengkulu—Taba Penanjung./Sumber: Hutama Karya


Waktu Tempuh

Executive Vice President (EVP) Sekretaris Perusahaan PT Hutama Karya (Persero) Tjahjo Purnomo mengatakan jalan tol ini memiliki kecepatan rencana sebesar 80 km/jam. Dengan demikian, masyarakat dapat menghemat waktu tempuh dari semula 1 jam menjadi kurang lebih kurang 15 menit dari Bengkulu ke Taba Penanjung. 

“Tidak hanya memangkas waktu tempuh, jalan tol —yang membelah kawasan jalur dari Bukit Barisan— ini juga dapat menjadi pilihan bagi hasil komoditas serta akses ke berbagai obyek pariwisata yang memiliki nilai bersejarah seperti contohnya ‘Rumah Pengungsian Bung Karno’,” jelas Tjahjo. 

Dia menambahkan akumulasi volume lalu lintas (VLL) yang telah melintas pada jalan tol tersebut mencapai lebih dari 40.000 kendaraan, baik pada saat arus mudik dan arus balik Lebaran pada April. 

Adapun, pembangunan konstruksi jalan tol yang telah beroperasi sejak kuartal II-2022 ini, dilakukan oleh anak usaha Hutama Karya yakni PT Hutama Karya Infrastruktur (HKI) sejak September 2019, dan rampung pada Maret 2022. Dalam tahap pembangunannya, HKI menerapkan berbagai teknologi digitalisasi konstruksi.

“Untuk menunjang pembangunan proyek yang lebih efisien, HKI menerapkan teknologi building information modelling (BIM) dan fotogrametri yang dapat membantu menghadirkan kondisi fisik real time proyek tol secara 3D visual, sehingga memudahkan pemantauan progres proyek,” terang Direktur Utama HKI Aji Prasetyanti. 

Jalan tol Bengkulu – Taba Penanjung. (Dok. Hutama Karya Infrastruktur)

Risiko Erosi

Aji juga menjelaskan tantangan yang dihadapi HKI dalam proses konstruksi jalan tol seperti kondisi topografi trase memiliki tantangan medan yang cukup berat, sehingga mengharuskan tim untuk ‘membelah bukit’ dengan ketinggian hingga 40 meter dan membangun jembatan dan pile slab untuk menyeberangi lembah dan sungai. 

Guna mencegah kelongsoran, HKI juga telah mengimplementasikan sejumlah metode di antaranya pada lereng dibuat sistem trap dan penggunaan sistem soil nailing.

Selain itu, juga dilakukan penanaman vegetasi, hydroseeding, dan vetiver untuk mencegah erosi pada permukaan lereng akibat curah hujan. 

“Proteksi lereng harus dilakukan di proyek Jalan Tol Bengkulu –Taba Penanjung untuk mencegah erosi yang berpotensi mengganggu operasional jalan tol,” tutup Direktur Utama HKI Aji Prasetyanti. 

Dalam proses pembangunan Jalan Tol Bengkulu—Taba Penanjung, HKI melibatkan tenaga kerja lokal sebesar 60%. 

Hingga saat ini, Hutama Karya telah membangun JTTS sepanjang ±1.021,5 km, termasuk dengan jalan tol dukungan konstruksi. Untuk ruas tol konstruksi 411,5 km dan 610 km ruas tol operasi.

Adapun,  ruas JTTS yang telah beroperasi secara penuh a.l. Bakauheni—Terbanggi Besar (141 km), Tol Terbanggi Besar—Pematang Panggang—Kayu Agung (189 km), Tol Palembang—Indralaya (22 km), Tol Medan—Binjai (17 km), Tol Pekanbaru—Dumai (132 km), Tol Sigli—Banda Aceh Seksi 2–6 (50 km) serta Tol Binjai—Langsa Seksi 1 (12 km), Tol Bengkulu—Taba Penanjung (18 km) dan Tol Pekanbaru—Bangkinang (31 km).

(krz/wdh)

No more pages