Faseeh Mangi - Bloomberg News
Bloomberg, Dana Moneter Internasional atau International Monetary Fund (IMF) mengatakan utang luar negeri Pakistan membengkak menjadi US$100 miliar atau setara Rp1.502,62 triliun. Lembaga donor internasional ini memperingatkan Pakistan bisa menjadi negara berikutnya yang merestrukturisasi utang jika tidak mencapai tujuan program bailout.
Risiko terhadap keberlanjutan utang Pakistan telah menjadi lebih jelas karena kelangkaan pembiayaan internasional dan kebutuhan pendanaan yang besar, IMF mengatakan dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada tanggal 18 Juli. Pakistan akhirnya mendapatkan pinjaman sebesar US$3 miliar dari pemberi pinjaman multilateral minggu lalu setelah berbulan-bulan tertunda, ini membantu menghindari gagal bayar utang untuk saat ini.
Negara Asia Selatan ini harus tetap berpegang pada tujuan-tujuan program IMF untuk memastikan bahwa utang dapat berkelanjutan mengingat risiko keseluruhan dari tekanan utang yang tinggi, pemberi pinjaman yang berbasis di Washington ini mengatakan dalam sebuah laporan yang diterbitkan pada 18 Juli.
"Setiap revisi ke bawah lebih lanjut terhadap baseline dapat mendorong hutang menuju ketidakberlanjutan," tulis laporan tersebut.
Menteri Keuangan Pakistan telah dua kali berbicara mengenai restrukturisasi hutang bilateral tanpa memberikan rincian pada tahun lalu namun tidak menindaklanjutinya karena kurangnya konsensus. Terakhir kali, Menteri Keuangan Ishaq Dar membuat sebuah pengumuman bulan lalu, tapi bank sentral menyangkal bahwa langkah seperti itu diperlukan atau bahwa ada pembicaraan yang direncanakan.
Utang luar negeri negara Asia Selatan ini telah meningkat dari US$85 miliar pada awal program sebelumnya di tahun 2019 karena pendapatan yang rendah dan pembayaran utang yang tinggi.
Pakistan telah meningkatkan pendapatan pajak dan harga energi untuk memenuhi permintaan IMF tetapi belum mampu membuat kemajuan dalam masalah struktural jangka panjang seperti privatisasi perusahaan-perusahaan milik negara.
IMF juga mengatakan bahwa bank sentral Pakistan perlu melanjutkan siklus pengetatannya karena tekanan-tekanan inflasi diperkirakan akan terus berlanjut di tahun mendatang.
Pasar saham kemungkinan akan memperhitungkan kenaikan 100 sampai 150 basis poin lebih lanjut untuk pertemuan kebijakan moneter pada 31 Juli, kata Faisal Bilwani, seorang trader di Alfalah CLSA Securities.
(bbn)