Pebisnis Masih Tahan Ekspansi Kendati Permintaan Mulai Pulih
Ruisa Khoiriyah
02 February 2023 16:52
Bloomberg Technoz, Jakarta - Banyak perusahaan masih ragu berekspansi karena kekhawatiran terhadap ancaman resesi perekonomian global bisa berdampak pada ekonomi domestik. Padahal, konsumsi dalam negeri terlihat mulai pulih yang terindikasi dari kenaikan permintaan yang tumbuh hampir 30%. Hal itu diungkapkan oleh Chief Economist PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual, Rabu (1/1/2023).
"Ada mispersepsi bahwa resesi akan terjadi di Indonesia dan itu mempengaruhi keputusan ekspansi para pebisnis di mana mereka akhirnya ragu berinvestasi,” kata David kepada Bloomberg Technoz.
Mispersepsi itu sebagian didorong oleh begitu banyaknya kabar negatif seputar aksi PHK yang dilakukan oleh banyak perusahaan, terutama di sektor teknologi dan startup, memantik ketakutan bahwa ancaman resesi itu benar-benar besar di Indonesia. Ribuan pekerja sejak 2022 lalu memang banyak yang kehilangan pekerjaan akibat langkah korporasi tertekan pelemahan permintaan global. Walau, sebagian besar juga karena langkah rekrutmen yang terlalu ekspansif selama masa pandemi 2020-2021 sebagaimana yang terjadi di sektor teknologi terutama di level global.
David mengungkapkan, hasil analisis yang ia lakukan terhadap 800 perusahaan yang tercatat sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI), terungkap bahwa nilai belanja modal atau capital expenditure (capex) hingga kuartal III-2022, cuma tumbuh 8%. Sedang pada periode yang sama, korporasi mencatat kenaikan permintaan sebesar 28%. "Ini memperlihatkan ada keraguan di kalangan pengusaha untuk berekspansi padahal dari sisi kinerja penjualan sudah bagus," jelas David.
Untuk full-year 2022 belum terungkap apakah masih terjadi gejala yang sama mengingat belum semua perusahaan publik merilis laporan keuangan kuartal IV-2022. Yang pasti, ancaman resesi sejatinya lebih besar menghantui Amerika Serikat (AS) dan negara-negara di kawasan Eropa.