“Dukungan kami di antaranya kami wujudkan melalui sejumlah inisiatif, seperti pengoperasian penerbangan carter kargo dan penerbangan carter umrah dari bandara kebanggaan masyarakat Jawa Barat tersebut,” ujarnya.
Kajian Pasar
Terkait dengan rencana pengoperasional penerbangan berjadwal di KJT, Irfan mengatakan hingga kini GIAA terus melakukan kajian yang diperlukan secara prudent untuk melihat permintaan dan peluang pasar yang ada.
Dari hasil kajian tersebut, lanjutnya, Garuda akan mengoptimalkan sumber daya yang ada untuk memastikan operasional penerbangan perseroan di BIJB nantinya dapat berjalan secara mulus.
“Pada akhirnya, ketika kebijakan untuk beroperasi di BIJB telah ditetapkan, kami akan memfinalisasi persiapan layanan Garuda Indonesia, mulai dari ground services hingga inflight services, serta persiapan layanan penunjang lainnya sesuai standar layanan kami,” terangnya.
Lebih lanjut, Irfan mengaku tidak khawatir Garuda akan merugi jika harus beroperasi di KJT. Dia mengatakan pemerintah telah melakukan kajian holistik dan bersinergi dengan seluruh pemangku kepentingan terkait dengan potensi bandara tersebut.
“Di sisi lain, tentunya kami juga akan terus mengkaji potensi pengembangan dan juga memetakan penyesuaian yang diperlukan untuk menghadirkan layanan penerbangan yang sustainable, dengan pula tetap mengedepankan aspek bisnis perusahaan secara selaras dan proporsional.”
Peluang Penerbangan Umrah
Pada perkembangan lain, Irfan mengatakan Garuda Indonesia juga akan terus mengembangkan peluang pasar penerbangan umrah dari Bandara Kertaajati, dengan menyasar calon jemaah dari wilayah Jabar dan sekitarnya.
“Rencana ini akan kami jajaki dengan pembukaan penerbangan umrah secara berjadwal pada awal Agustus 2023,” tuturnya.
Untuk tahap awal ini, GIAA berencana mengoperasikan penerbangan umrah menuju Jeddah dari Kertajati sebanyak 1 kali sepekan, dengan secara bertahap mengkaji dan mengevaluasi peluang pasar yang dapat dikembangkan ke depannya.
Pengamat penerbangan Alvin Lie mengatakan, menjadikan Bandara Kertajati untuk mengakomodasi jemaah umrah dan haji lebih realistis dibandingkan dengan mengharapkan fasilitas tersebut untuk menjadi pintu masuk utama wisatawan.
“Yah, yang lebih realistis memang Bandara Kertajati tetap menjadi bandara pengangkut jemaah umrah untuk Jawa Barat. Itu lebih realistis untuk mengurangi beban Bandara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang khusus dari jemaah wilayah Banten dan Jabar. Kalau sampai ke provinsi-provinsi lain, itu konektivitasnya berat lagi,” tuturnya saat dihubungi, Kamis (14/7/2023).
Sekadar catatan, sejumlah fasilitas dinyatakan sudah siap di Bandara Kertajati, termasuk areal parkir yang mampu menampung hingga 22 pesawat, terminal penumpang, parkir kendaraan, musala, ruang penyimpanan barang berharga, AC, CCTV, stok bahan bakar dan fasilitas penunjang lainnya.
Setelah penerbangan komersial berbasis jetnya direlokasi ke Bandara Kertajati pada Oktober, Bandara Husein Sastranegara nantinya hanya akan melayani angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri dengan pesawat baling-baling, angkutan udara niaga tidak berjadwal dalam negeri, serta angkutan udara bukan niaga dalam negeri seperti penerbangan militer, kenegaraan dan evakuasi medis.
(wdh)