Logo Bloomberg Technoz

Dia menilai sebenarnya pangsa pasar utama yang paling realistis untuk bandara berkode KJT itu adalah populasi di kawasan Bandung Raya dan sekitarnya. Permasalahannya, lokasi KJT lebih condong ke areal Pantai Utara (Pantura) Timur.

“Kota terbesar dan terdekat dengan KJT adalah Cirebon, yang secara populasi lebih rendah dibandingkan dengan Bandung Raya. Demikian juga aktivitas ekonomi dan destinasi wisata, yang lebih banyak terpusat di Bandung Raya dibandingkan dengan wilayah Pantura Timur Jawa Barat,” terangnya. 

Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) Kertajati di Majalengka. (Tangkapan Layar Via Website bijb.co.id)


Atas dasar itu, dia mengisyaratkan bahwa Bandara Kertajati akan sulit mendatangkan trafik dan tingkat keterisian bagi maskapai penerbangan. Terlebih, sampai saat ini, pilihan penerbangan –dalam hal frekuensi dan konektivitas– masih terpusat di Bandara Internasional Soekarno-Hatta (CGK).

“CGK masih lebih banyak pilihan, walaupun semua penerbangan di BDO dipindahkan semua ke KJT,” ujar Bayu.

Cisumdawu Tak Banyak Membantu

Dia mengelaborasi, pada awalnya, maskapai menduga penyebab KJT ‘tidak laku’ adalah akibat keterbatasan dan kemudahan akses dari Kota Bandung ke Kertajati, yang berjarak sekitar 96 km berdasarkan perkiraan dari aplikasi Google Maps.

“Dahulu diduga penyebabnya adalah soal akses yang menjadi penyebab pax [penumpang]-nya malas atau tidak mau terbang dari dan ke KJT. Namun, ternyata, dengan selesainya Jalan Tol Cisumdawu, waktu tempuh Bandung—Kertajati masih lebih dari 1 jam juga. Bisa dicek di Google Maps sekarang, berapa waktu tempuh dari pusat Kota Bandung ke KJT,” tegas Bayu. 

Jalan Tol Cisumdawu yang akan menjadi salah satu akses Bandara Kertajati. (Dok. KemenPUPR)

Sebelumnya, PT Angkasa Pura II (AP II) mengatakan tengah menggodok  skema dukungan bagi maskapai untuk mempermudah kepindahan sejumlah operasional dari Bandara Husein Sastranegara ke Bandara Kertajati.

Skema dukungan juga akan disiapkan bagi penyedia transportasi darat sehingga dapat mempermudah para operator dalam membuka layanan. Namun, perusahaan tidak mendetailkan seperti apa bentuk fasilitasi tersebut.

“Konektivitas penerbangan di Jawa Barat dapat makin kuat dan semakin baik dengan dilakukannya penataan rute penerbangan, didukung dua bandara yang sama-sama aktif serta optimal melayani penerbangan. Kedua bandara itu beroperasi melayani segmentasi penerbangan yang berbeda,” ujar Presiden Direktur AP II Muhammad Awaluddin, medio bulan ini. 

Dia menjelaskan, setelah penerbangan komersial berbasis jetnya direlokasi ke Bandara Kertajati pada Oktober, Bandara Husein Sastranegara nantinya hanya akan melayani  angkutan udara niaga berjadwal dalam negeri dengan pesawat baling-baling, angkutan udara niaga tidak berjadwal dalam negeri, serta angkutan udara bukan niaga dalam negeri seperti penerbangan militer, kenegaraan dan evakuasi medis. 

(wdh)

No more pages