Kapal selam yang dikirim oleh AS dirancang untuk membawa rudal balistik dengan hulu ledak nuklir. AS biasanya tidak pernah mengkonfirmasi apakah ada kapal angkatan lautnya dipersenjatai dengan nuklir.
Dengan adanya kapal selam di lepas pantai dinilai dapat mengurangi waktu yang diperlukan untuk merespons serangan Korut, yaitu hanya dalam waktu beberapa menit. Selain itu, Korut juga disebut hampir tidak memiliki pertahanan terhadap kapal selam AS.
Sebelumnya pada Juni, AS telah mengirim USS Michigan, kapal selam rudal bertenaga nuklir ke Korsel dalam kunjungan pertama setelah enam tahun. Kapal selam tersebut memiliki kelas yang sama dengan USS Kentucky, meskipun sudah dimodifikasi dan tidak bisa lagi membawa rudal balistik bersenjata nuklir.
Di sisi lain, China mengecam rencana AS untuk membawa kapal selam ke dekat Semenanjung Korea. Mereka mengatakan rencana AS telah merusak rezim nonproliferasi nuklir global.
Sementara itu dalam pernyataan bersama, AS dan Korsel mengatakan akan bekerja untuk mengembangkan protokol dalam berbagi informasi. Dalam pernyataan yang sama, mereka juga memberi peringatan kepada Pyongyang.
"Setiap serangan nuklir oleh Korea Utara terhadap Amerika Serikat atau sekutunya tidak dapat diterima, dan akan menyebabkan berakhirnya rezim tersebut," demikian disampaikan melalui pernyataan bersama.
Kelompok tersebut berencana akan berkumpul setiap tiga bulan sekali, dengan pertemuan berikutnya dijadwalkan akhir tahun ini di AS. Hal itu disampaikan oleh Kim Tae-hyo, Wakil Utama Penasihat Keamanan nasional yang memimpin delegasi Korsel, kepada wartawan dalam jumpa pers bersama Campbell.
--Dengan asistensi dari Shinhye Kang.
(bbn)