Skandal-skandal tersebut dinilai bisa berdampak pada pemilih yang sedang bergulat dengan biaya hidup yang lebih tinggi dan kekhawatiran akan meningkatnya ketidaksetaraan. Sebagian besar pemilih secara konsisten memberikan suara pada PAP karena narasi partai yang mengedepankan transparansi dan tidak adanya toleransi terhadap korupsi. Sehingga, skandal tersebut-skandal tersebut bisa menjadi bumerang.
Mengenai hal ini, juru bicara PAP tidak menanggapi permintaan komentar melalui email.
Setelah Lee mengungkap penyelidikan terhadap Iswaran, Lawrence Wong, yang digadang-gadang sebagai penerus Lee yang juga menjadi sorotan karena menjanjikan transparansi. Sepekan kemudian, Lee mengeluarkan pernyataan dan mengadakan pengarahan setelah mundurnya ketua parlemen Singapura.
"Kami akan terus menegakkan standar kejujuran, integritas, dan ketulusan yang diharapkan warga Singapura dari para pemimpin politik mereka," kata Wong yang juga Menteri Keuangan dalam sebuah posting-an di Facebook. "Kami akan menyelidiki semua kasus yang muncul, dan apapun faktanya, akan ditindak sesuai keputusan logis."
Akan tetapi, rencana suksesi Lee bisa saja tertunda saat PAP menghadapi krisis internal yang lebih besar, menyusul kontroversi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Lee sebelumnya telah menyatakan niat untuk mundur dari jabatannya saat pandemi yang batal dilakukan mengatakan bahwa dia akan meninggalkan jabatan dengan kondisi negara pemerintahan yang baik.
"Sementara Wong mengambil peran terdepan terhadap Iswaran, sejumlah insiden yang telah terjadi mungkin membuat PM semakin sulit untuk mundur," kata Direktur Pelaksana perusahaan konsultan bisnis strategis BowerGroupAsia Nydia Ngiow di Singapura.
"Prestasinya akan sangat berkontribusi pada bagaimana publik memandang kepemimpinannya yang akan datang dan partainya secara keseluruhan. Meskipun ia telah berjanji untuk terbuka dan transparan, masih terlalu dini untuk mengatakan apakah ini akan benar-benar terjadi," lanjutnya.
Para pengamat politik dan pasar akan melihat perayaan Hari Nasional pada 9 Agustus, dan rapat umum perdana menteri untuk melihat perubahan dalam kebijakan dan linimasa pemilu yang akan digelar pada November 2025.
"Skandal politik ini dapat menodai sentimen investor asing," kata Charu Chanana, ahli strategi pasar di Saxo Global Markets di Singapura. 'Meningkatnya ketidakpuasan publik juga dapat meningkatkan risiko ketidakstabilan politik dan lumpuhnya kebijakan."
Sementara para investor tampaknya masih mengabaikan drama politik di Singapura saat ini. Indeks acuan Strait Times naik 2,9% sejak penyelidikan atas kasus korupsi diumumkan pada 12 Juli. Sementara S&P 500 naik 1,9% dan dolar Singapura naik 1,5% terhadap dolar AS di periode yang sama.
Kekhawatiran ekonomi juga cenderung membebani pemilih. Singapura mencegah resesi teknis pada kuartal kedua dan bank sentral telah memperingatkan bahwa perjuangan melawan inflasi masih belum berakhir. Pasar properti Singapura juga akan menjadi masalah utama. Sebuah survei baru-baru ini menunjukkan harga sewa yang properti yang tinggi berpengaruh pada pilihan sepertiga orang dewasa.
Ini bukan kali pertama perilaku para pejabat PAP menjadi sorotan tahun ini. Pada Februari, seorang anggota parlemen yang dipekerjakan sebagai direktur urusan publik dan kebijakan untuk Grab Holdings Ltd. dipindahkan setelah reaksi publik atas adanya dugaan konflik kepentingan.
Pemerintah juga meninjau bungalo mewah yang disewa oleh Menteri Dalam Negeri K. Shanmugam dan Menteri Luar Negeri Vivian Balakrishnan setelah pihak oposisi mempertanyakan apakah para pejabat membayar kurang dari harga pasar untuk properti tersebut. meskipun tidak ada bukti korupsi atau pelanggaran pidana, masalah ini membuat publik kembali menyoroti kebijakan Singapura yang menggaji para menteri dengan nominal tinggi demi mencegah korupsi.
Menurut Gillian Koh, peneliti senior di Institut Studi Kebijakan Universitas Nasional Singapura, situasi ini dapat memicu sejumlah perubahan kebijakan di masa depan.
"Ini adalah ujian kecerdasan politik bagi para pemimpin PAP," katanya.
--Dengan asistensi dari Tassia Sipahutar.
(bbn)