Dibandingkan dengan Singapura
Luhut berpendapat penilaian terhadap kinerja logistik di Indonesia tidak adil jika dibandingkan dengan negara lain seperti Singapura. Terlebih, jumlah dan tingkat pelayanan di pelabuhan-pelabuhan Indonesia berbeda jauh dibandingkan dengan Singapura.
"Saya terus terang, bukan apa-apa, ya. Ya enggak fair juga dong. Kamu nilai satu pelabuhan [di Singapura] dengan, ya katakanlah 34 atau 116 [pelabuhan di Indonesia]. Kan banyak nih, tergantung pada tingkatan kualitas pelabuhannya. Kalau 34 pelabuhan, 116 pelabuhan, tambah lagi 1.000 pelabuhan, ya susah membandingkannya."
Di sisi lain, Luhut mengatakan, Indonesia hingga kini terus melakukan pengembangan di sektor kepelabuhanan guna menggenjot kinerja logistik. Salah satu upaya tersebut dilakukan dengan program digitalisasi logistik dan pelabuhan yang telah dilakukan sejak 2020.
Dia menyebut, program digitalisasi tersebut telah berdampak positif terhadap penurunan biaya logistik Indonesia.
"Dengan demikian, efisiensi dalam pelabuhan sekarang, kecepatannya jauh lebih cepat. Kalau kita lihat jadi 23-sekian persen, sekarang turun menjadi 16%. Jadi itu angka hampir 8% itu saya kira angka yang cukup lumayan bagus buat kita," kata Luhut.
Menurut Bank Dunia, skor LPI Indonesia pada 2023 secara kumulatif adalah 3, sedangkan Singapura 4,3 dari skala 1 sampai dengan 5. Dalam laporan terakhir pada 2018, skor kumulatif Indonesia adalah 3,15 dan Singapura 4.
Lebih terperinci, skor kepabeanan Indonesia hanya 2,8; skor infrastruktur 2,9; pengapalan internasional 3; kompetensi logistik 2,9; pelacakan dan ketertelusuran 3; dan skor ketepatan waktu 3,3.
Sebagai perbandingan, skor Singapura berada di level di atas 4 untuk semua aspek. Dalam hal kepabeanan Singapura mencapai 4,2; skor infrastruktur 4,6; pengapalan internasional 4; kompetensi logistik 4,4; pelacakan dan ketertelusuran 4,4; dan skor ketepatan waktu 4,3.
(wdh)