Tujuh tahun setelah referendum, Inggris masih berada dalam krisis biaya hidup dengan inflasi yang melebihi negara lain di Eropa. Sementara itu, banyak wilayah yang memilih Brexit cenderung menghadapi kesenjangan kesejahteraan dan kesenjangan kesempatan yang semakin melebar dibandingkan dengan wilayah yang lebih kaya di Inggris, menurut analisis Bloomberg awal tahun ini.
Sekitar 57% warga Inggris mengatakan kepada YouGov bahwa Inggris salah memilih Brexit pada tahun 2016, angka tertinggi yang pernah dicatat oleh perusahaan jajak pendapat tersebut. Satu dari lima orang Inggris yang memilih untuk meninggalkan Uni Eropa pada tahun 2016 sekarang mengatakan bahwa itu adalah keputusan yang salah.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak telah berulang kali mengatakan bahwa ia percaya pada Brexit dan peluang yang dihadirkannya, tetapi pemerintahnya tetap berusaha untuk menegosiasikan kembali bagian-bagian dari kesepakatan keluarnya Inggris yang dikhawatirkan akan menyebabkan gangguan dan biaya tambahan bagi bisnis dan konsumen.
Para pejabat Inggris saat ini sedang dalam pembicaraan dengan rekan-rekan Uni Eropa untuk menunda tarif kendaraan listrik yang dikirim antara Inggris dan Uni Eropa dan pemerintah juga sedang mempertimbangkan opsi membatasi biaya pemeriksaan perbatasan pasca-Brexit pada impor makanan Eropa yang akan dimulai dalam enam bulan ke depan.
Pada April lalu, Bloomberg melaporkan bahwa Rishi Sunak juga berharap dapat mencapai kesepakatan untuk mengizinkan warga Inggris menggunakan gerbang elektronik Uni Eropa dalam pemeriksaan paspor, titik gesekan lain bagi wisatawan dan bisnis perjalanan sejak Brexit.
(bbn)