Gnanasekar Thiagarajan, Head of Trading and Hedging Strategies di Kaleesuwari Intercontinental, menilai kewajiban itu akan membuat eksportir menanggung biaya lebih dalam mengelola likuiditas mereka. Tambahan kewajiban tersebut kemudian akan diterjemahkan menjadi kenaikan harga jual.
Apa yang terjadi di Indonesia akan mempengaruhi harga CPO di pasar internasional. Sebab, Indonesia adalah pemasok CPO terbesar di dunia.
Pada 2022, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mencatat produksi CPO nasional adalah 46,73 juta ton. Jarak dengan produsen nomor 2, Malaysia, cukup jauh dengan produksi 18,45 juta ton.
Risiko Koreksi
Akan tetapi, kenaikan harga CPO yang sudah tinggi tersebut menyimpan risiko koreksi. Bahkan ada kemungkinan harga bakal terkoreksi dalam.
Secara teknikal, target koreksi terdekat bisa sampai MYR 3.655,94/ton. Apabila titik support ini tertembus, maka harga bisa anjlok lagi menuju MYR 3.655,94/ton.
(aji)