Akan tetapi, ekspektasi inflasi untuk satu tahun ke depan naik, menjadi 3,4% dari sebelumnya 3,3% dan ekspektasi inflasi untuk lima tahun ke depan naik menjadi 3,1% dari sebelumnya 3,0%.
Seperti yang diwartakan Bloomberg News, pertumbuhan ekonomi China pada kuartal II-2023 menunjukkan tanda-tanda yang mengkhawatirkan, tercermin dari perlambatan belanja konsumen. Adapun pertumbuhan penjualan ritel China melambat menjadi 3,1% yoy pada Juni dari sebelumnya 12,7% pada Mei, meleset dari prediksi para ekonom dengan kenaikan 3,3%.
Kemudian, Biro Statistik Nasional atau NBS pada Senin waktu setempat memaparkan Produk Domestik Bruto (PDB) China hanya naik 6,3% yoy dibandingkan dengan kuartal II-2022. Angka ini lebih rendah dari perkiraan para ekonom yang disurvei oleh Bloomberg, sebesar 7,1%.
Dibandingkan dengan kuartal pertama kemarin, pertumbuhan PDB China melambat menjadi 0,8% dari sebelumnya berhasil mencatatkan 2,2% dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Senada dengan kontraksi yang terjadi, Investasi Aset Tetap (Fixed-Asset Investment) China tumbuh melambat 3,8% pada semester I-2023, lebih rendah dari pertumbuhan 4,0% pada Mei kemarin namun melebihi ekspektasi pasar yang tumbuh 3,5%.
Tim Research Phillip Sekuritas Indonesia memaparkan, rilis data ekonomi lain memperlihatkan pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 yang meredup sehingga memicu desakan untuk peluncuran paket stimulus ekonomi.
“Namun, Pemerintah China tampak enggan meluncurkan paket stimulus ekonomi, terutama seiring dengan tingginya lonjakan utang Pemerintah Daerah,” jelas Tim Research Phillip Sekuritas.
Dari dalam negeri, surplus Neraca Perdagangan Indonesia turun menjadi hanya US$3,46 miliar pada Juni dari sebelumnya US$5,15 miliar pada periode yang sama tahun lalu, namun masih lebih tinggi dari estimasi pasar yang sebesar US$1,35 miliar.
Ini membuat neraca perdagangan Indonesia berhasil membukukan surplus selama 38 bulan berturut-turut.
Ekspor anjlok 21,18% yoy di tengah penurunan harga komoditas. Sementara Impor merosot sejauh 16,5% yoy, memperpanjang rangkaian penurunan selama empat bulan berturut-turut pada tahun ini akibat pelemahan IDR terhadap USD.
Selama semester I-2023, surplus Neraca Perdagangan RI mencapai US$19,93 miliar dengan ekspor jatuh 5,08% dan impor menyusut 6,42%.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana memaparkan, IHSG ditutup terkoreksi 0,04% ke 6.867 disertai dengan munculnya volume penjualan.
“Posisi IHSG saat ini diperkirakan masih berada pada bagian dari wave iii dari wave (i) dari wave [iii], di mana IHSG akan terkoreksi terlebih dahulu dalam jangka pendek untuk menguji rentang area 6.820-6.847,” papar Herditya dalam risetnya pada Selasa (18/7/2023).
Herditya juga memberikan catatan, selama IHSG masih mampu berada di atas 6.766, maka IHSG berpeluang menguat kembali menguji 6.938-7.013.
Bersamaan dengan risetnya, Herditya merekomendasikan saham-saham berikut, BBRI, BRPT, IMJS, dan PTBA.
Analis Samuel Sekuritas memaparkan, IHSG pada level 6.867 berlanjut reli pada awal semester II-2023. Kini market uji resistance 6.950 dan potensial breakout.
Melihat hal tersebut, hari ini analis teknikal Samuel Sekuritas menyukai saham GOTO, NSSS, dan FILM dengan rating trading buy. Sementara pada saham MYOR dengan rating trading sell.
(fad)