Komentar tersebut dibuat setelah beberapa anggota senat yang berjumlah 250 orang mengutip ketentuan parlementer yang mengatakan bahwa Pita tidak bisa mencalonkan diri untuk kedua kalinya. Hal ini menambah rintangan baru dalam upaya Pita membentuk pemerintahan baru.
Pita pun menanggapi klaim beberapa senator yang mengatakan ia tak bisa mencalonkan diri untuk kedua kalinya. Ia mengatakan bahwa pencalonan sebagai PM berbeda dengan mosi, yang jika gagal tidak dapat diajukan dua kali dalam sidang parlemen yang sama.
Akan tetapi, Pita juga mengatakan akan mundur jika gagal dalam upaya keduanya, dan juga jika RUU yang diajukan oleh Partai Move Forward untuk mencabut hak pilih senat gagal disahkan.
Pita Limjaroenrat tidak mendapatkan dukungan yang cukup dari anggota parlemen untuk menjadi Perdana Menteri Thailand pada Kamis (13/7/2023). Menurut perhitungan Bloomberg dari siaran langsung oleh Majelis Nasional, Pita hanya mendapatkan 316 dari 737 suara.
Sesuai aturan, sosok pilihan masyarakat Thailand pada Pemilu (14/5/2023) tersebut harus mengantongi sekurangnya 376 suara, dari total 750 anggota parlemen.
Padahal Pita bersama koalisi partainya; yaitu Partai Move Forward, dan tujuh partai pro-demokrasi sudah menguasai 312 kursi di dewan perwakilan rakyat atau majelis rendah Thailand yang beranggotakan 500 orang. Mereka kalah dalam jumlah kursi parlemen gabungan yang mencakup 250 anggota senat yang ditunjuk militer dan 184 kursi di majelis rendah; atau totalnya 434 suara.
--Dengan asistensi dari Pathom Sangwongwanich dan Suttinee Yuvejwattana.
(bbn)