Bukan cuma itu, capaian penjualan untuk kendaraan komersial yang menurun juga memberi sinyal terjadinya perlambatan investasi oleh korporasi pada kuartal II-2023.
Daya beli yang terus melontarkan sinyal pelemahan ditambah kecenderungan korporasi yang masih menahan ekspansi, melengkapi kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi di sisa tahun ini.
Konsumsi domestik sejauh ini masih diharapkan menjadi motor utama penggerak perekonomian di tengah terus anjloknya kinerja ekspor yang terseret kejatuhan harga komoditas dan melemahnya permintaan global. Tanpa intervensi lanjutan untuk menyokong daya beli masyarakat dan mengungkit kepercayaan diri korporasi dalam berekspansi, pertumbuhan ekonomi RI tahun ini bisa tergelincir ke level di bawah 5%.
Impor Bahan Baku dan Konsumsi
Kontraksi impor pada Juni lalu jauh lebih buruk dibandingkan prediksi mayoritas analis. Terutama akibat penurunan impor bahan baku hingga US$2,9 miliar menjadi US$12,4 miliar.
Impor barang modal juga turun menjadi US$3,2 miliar. Bukan cuma itu, impor barang konsumsi juga anjlok 6,6% year-on-year atau turun 23,3% dibandingkan Mei menjadi US$1,6 miliar.
Penurunan impor bahan baku banyak dipicu oleh buruknya ketersediaan pasokan bahan baku untuk produksi manufaktur. Adapun penurunan impor barang konsumsi ditengarai akibat perlambatan konsumsi domestik.
"Perlambatan impor barang konsumsi pada Juni lalu mengonfirmasi perlambatan konsumsi domestik yang terindikasi dari rilis data Indeks Kepercayaan Konsumen dan Indeks Penjualan Riil. Perkiraan kami, konsumsi domestik tumbuh 4,3% year-on-year pada kuartal II-2023, lebih lambat dibanding kuartal I sebesar 4,5%," kata Macro Strategist Samuel Sekuritas Lionel Prayadi dalam catatan, Selasa (18/7/2023).
Capaian kinerja neraca dagang pada Juni mengindikasikan perlambatan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II-2023 menjadi 4,6% dari sebesar 5% pada kuartal sebelumnya, menurut prediksi Samuel Sekuritas.
(rui)