Negosiasi soal cara mengatasi pemanasan global antara dua negara penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia itu sempat ditangguhkan pada tahun lalu, dipicu oleh kunjungan kontroversial Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke Taiwan. Komunikasi kedua pihak kembali terjalin setelah pemerintahan Presiden AS Joe Biden mendorong pemulihan hubungan dengan melakukan dialog tingkat tinggi dengan China.
Kerry merupakan pejabat senior AS ketiga yang berkunjung ke Beijing dalam lima pekan terakhir. Sementara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan Menteri Keuangan Janet Yellen meninggalkan China dengan janji untuk kembali berdiskusi, pembicaraan soal iklim menunjukkan kemajuan di mana kedua pihak dapat sama-sama membuat terobosan.
"China dan AS memiliki ide yang sama dan memiliki masa lalu yang sama dalam mengatasi perubahan iklim," kata Xie, berbicara dengan bantuan penerjemah. Ia menambahkan, kedua negara telah membuat kemajuan bersama, merujuk pada kesepakatan pada tahun 2014 dan 2021, juga kolaborasi di KTT Iklim PBB.
Xie mengatakan dirinya dan Kerry telah sepakat untuk melakukan diskusi yang "terbuka dan penuh persahabatan" soal tantangan iklim dan transisi hijau selama tiga hari ke depan.
Kerry, mantan Menteri Luar Negeri AS yang ditunjuk sebagai utusan khusus presiden AS untuk iklim dua tahun lalu, tiba di China pada Minggu (16/7/2023). Rencananya, pembicaraan akan dilakukan selama tiga hari penuh.
"Penting bahwa China dan Amerika Serikat membuat kemajuan nyata dalam waktu kurang dari empat bulan," sebelum diskusi di PBB kata Kerry pada Senin. "Dunia dan krisis iklim menuntut kita membuat kemajuan dengan cepat dan signifikan."
Dialog antara Kerry dan Xie akan dilanjutkan ke beberapa jalur. Menurut pejabat senior Departemen Luar Negeri AS yang meminta tak disebutkan namanya, diskusi tersebut mencakup ambisi untuk mengatasi perubahan iklim, dana kerugian dan kerusakan untuk mengkompensasi korban perubahan iklim, dan kemungkinan untuk kolaborasi bilateral.
"Di sejumlah belahan dunia emisi meningkat," kata Kerry. "Sangat penting bagi kita untuk bekerja sama, tidak secara kompetitif tetapi kooperatif, untuk mengurangi dampak dari tenaga batu bara yang terus berlanjut di dunia."
Kerry juga meminta agar kedua negara bekerja sama mengurangi karbon dioksida dan gas rumah kaca lain seperti metana. Diketahui, China merupakan negara dengan pembangkit listrik tenaga surya dan angin terbesar di dunia. Negara tersebut telah berhasil mencapai target energi bersih yang ditentukan Presiden Xi Jinping, namun di waktu yang sama juga terus memperbanyak pembangkit listrik tenaga batu bara demi mengamankan energi.
"Kita harus bekerja sama untuk mempercepat pengurangan emisi ini. Kita tidak dapat membiarkan kelanjutan pembangunan pembangkit listrik tenaga batu bara," kata Kerry pada Xie. Ia juga menambahkan bahwa AS juga masih punya banyak hal yang harus dilakukan dalam transisi energi.
--Dengan asistensi dari Luz Ding.
(bbn)