Bekal Penguatan Rupiah di tengah Anjloknya Kinerja Ekspor
Ruisa Khoiriyah
17 July 2023 16:55
Bloomberg Technoz, Jakarta - Penurunan nilai utang luar negeri (ULN) Indonesia memberi sokongan lebih lanjut bagi kekuatan nilai tukar rupiah ke depan yang masih dibayangi sentimen bunga acuan negara-negara maju yang berpotensi meningkatkan volatilitas pasar.
Amunisi bagi nilai tukar rupiah semakin bertambah banyak setelah rilis kebijakan repatriasi devisa hasil ekspor yang diharapkan dapat membantu penambahan suplai valas di pasar dalam negeri. Di tengah masih tingginya sentimen bunga acuan tinggi di negara-negara maju terutama Amerika Serikat, mata uang Indonesia membutuhkan dukungan lebih mendasar.
Bank Indonesia melaporkan, pada Mei lalu posisi ULN Indonesia tercatat turun ke level terendah sejak November 2022 silam ke posisi US$398,27 miliar. Mengacu pada kurs JISDOR per 17 Juli, nilai itu setara Rp5.952,59 triliun.
Penurunan posisi ULN pada Mei lalu terutama karena penurunan utang luar negeri kelompok swasta hingga 1,5% atau sekitar US$ 3,08 miliar di mana kelompok swasta bukan lembaga keuangan mencatat penurunan 1,9% atau setara US$ 3,01 miliar.
Posisi ULN pemerintah dan bank sentral juga turun pada bulan lalu meski dalam persentase yang lebih kecil. Di antara semua kelompok yang mencatatkan penurunan, hanya kelompok lembaga keuangan bukan bank saja yang mencatat kenaikan nilai ULN pada Mei lalu yaitu dari sebesar US$6,77 miliar menjadi US$7,16 miliar.