Kinerja laba ditopang oleh raihan pendapatan di setiap lini, mulai dari jual beli, bagi hasil, pendapatan ijarah-bersih dan usaha utama lain, bernilai total Rp 19,62 triliun. Pencapaian total pendapatan ini meningkat dibandingkan periode 2021, Rp 17,8 triliun.
Peningkatan cukup tajam dalam satu tahun terakhir juga tercermin dari jumlah pembiayaan BRIS. Perseroan mencatat pembiayaan akumulasi Rp 207,7. Pembiayaan konsumer mendominasi dengan nilai Rp 106,4 triliun. Lalu pembiayaan wholesale Rp 57,18 triliun, dan pembiayaan mikro mencapai Rp 18,74 triliun.
Total aset Bank Syariah Indonesia diri berada pada level Rp 305,72 triliun, lebih baik dari posisi sebelumnya Rp 265,28 triliun. Sementara total liabilitas mengalami peningkatan dari Rp 61,88 triliun di 2021 menjadi Rp 73,65 triliun hingga Desember lalu.
Rasio Non-Performing Financing (NPF) Bank Syariah Indonesia juga tercatat 2,27% secara bruto. Dalam laporan keuangan tersebut, rasio ini lebih rendah dibanding posisi 2021 yang tercatat 2,67%.
Hery Gunardi, Direktur Utama BRIS mengatakan, perseroan tetap menjadi pemimpin pasar industri keuangan syariah nasional meski usianya baru memasuki tahun ke-2. Kinerja keuangan merupakan cermin dari respon strategis Bank Syariah Indonesia dalam mengembangkan bisnis secara sehat.
Perseroan selanjutnya akan menjaga sustainability pertumbuhan yang fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset.
(wep)