“Xi memiliki banyak alasan untuk mempertahankan dan meningkatkan hubungan strategis China dengan Rusia,” kata Alexander Korolev, dosen senior bidang politik dan hubungan internasional di Universitas New South Wales Australia.
“Ini cara paling efektif untuk mengimbangi kekuatan AS.”
China terus meningkatkan tekanan pada Taiwan, dan Xi berjanji akan dapat merebut pulau itu kembali suatu hari nanti. Sementara itu, AS memperluas kehadiran militernya di Asia dengan menandatangani pakta pertahanan dengan Filipina dan membuka pangkalan lain di Guam baru-baru ini.
China memutus dialog militer tingkat tinggi dengan AS akibat sanksi yang dijatuhkan kepada Menteri Pertahanan Li Shangfu terkait pembelian senjata Rusia tahun 2018. AS dan China belum mengadakan latihan bersama sejak tahun 2020. Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran panasnya hubungan kedua negara bisa meningkat menjadi menjadi konfrontasi.
NDU dan Bloomberg News memperkirakan Rusia dan China telah melakukan setidaknya 36 latihan bersama setelah pencaplokan Krimea oleh Putin pada 2014, sementara satu dekade sebelumnya jumlah latihan itu hanya 10 kali.
Latihan antara Rusia dan China umumnya lebih kecil daripada latihan antara AS dan sekutunya. AS dan Filipina baru-baru ini mengadakan latihan terbesar mereka yang melibatkan lebih dari 17 ribu tentara.
Namun, latihan bersama China dengan Rusia seringkali sarat kepentingan politik.
Latihan tahunan mereka di sekitar Jepang, misalnya. Pada tahun 2019, angkatan udara kedua negara mengadakan patroli penerbangan pembom jarak jauh pertama mereka di Indo-Pasifik. Sebagai tanggapan, Jepang mengerahkan jet tempurnya. Sementara Korea Selatan mengatakan latihan itu memasuki zona identifikasi pertahanan udaranya. Kedua negara adalah mitra keamanan utama AS.
Pada hari Sabtu, China mengatakan Rusia akan segera mengirim angkatan laut dan udaranya untuk berpartisipasi dalam latihan bersama tahunan yang berlangsung di tengah Laut Jepang. Tentara Pembebasan Rakyat China mengatakan latihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan koordinasi strategis antara kedua militer.
Perang Putin di Ukraina ini menunjukan keterbatasan Moskow sebagai mitra militer potensial. Namun, itu tidak bagi China, menurut Elizabeth Wishnick, seorang profesor ilmu politik di Montclair State University.
“Jika ada krisis atau konflik di Asia,” katanya, “ada kemungkinan China dan Rusia dapat saling membantu.”
(bbn)