Logo Bloomberg Technoz

Jelang Rilis Neraca Dagang Juni, Rupiah Dibuka Kehilangan 50 bps

Ruisa Khoiriyah
17 July 2023 09:38

Ilustrasi rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)
Ilustrasi rupiah. (Dimas Ardian/Bloomberg)

Bloomberg Technoz, Jakarta - Nilai tukar rupiah membuka pekan ini dengan kehilangan 50 bps setelah menguat selama empat hari berturut-turut minggu lalu jelang rilis data neraca dagang siang ini.

Pairing USD/IDR diperdagangkan dan langsung menghadapi tekanan hingga akhirnya mencatat ke level tertinggi pada 9:19 WIB, Senin (17/7/2023) di posisi Rp15.008/US$, membawa rupiah kehilangan 50 bps dari level penutupan pekan lalu.

Tekanan yang dihadapi oleh nilai tukar rupiah pagi ini berlangsung jelang rilis data neraca dagang Juni yang akan digelar oleh Badan Pusat Statistik pada siang hari ini. Menurut analis, apabila neraca dagang Juni kembali mencatat kenaikan surplus menjadi US$ 1,1 miliar seperti hasil konsensus para analis, itu bisa membantu rupiah mendapatkan lagi momentum untuk melanjutkan penguatan. Kenaikan surplus itu bisa menghapus kekhawatiran terkait tidak terkendalinya transaksi berjalan setelah pada Mei lalu nilainya anjlok sampai tinggal US$ 440 juta. 

"Akan tetapi, ada risiko neraca dagang mengalami defisit hingga US$ 600 juta akibat penurunan harga komoditas pada Juni lalu. Bila itu terjadi maka momentum penguatan rupiah bisa terhambat," kata Lionel Prayadi, Macro Strategist Samuel Sekuritas dalam catatan untuk investor yang diterima Bloomberg Technoz.

Rupiah sejatinya tengah di atas angin menyusul perkiraan bahwa bunga acuan the Fed sudah mendekati puncak. Euforia berlangsung di pasar obligasi global sepanjang pekan lalu dan menjatuhkan pamor global. Dari dalam negeri, rupiah juga mendapatkan suntikan energi besar dari kebijakan baru pemerintah yang akan mewajibkan repatriasi devisa hasil ekspor selama 3 bulan penempatan di sistem perbankan nasional. Aturan itu akan berlaku mulai Agustus nanti.