Logo Bloomberg Technoz

Kenaikan harga emas akan ditopang oleh pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Dua aset ini memang memiliki hubungan yang berbanding terbalik. Saat dolar AS terdepresiasi, biasanya harga emas malah naik.

Ini karena emas adalah aset yang diperdagangkan dalam dolar AS. Ketika dolar AS melemah, maka emas jadi lebih murah bagi investor yang memegang mata uang lain. Permintaan emas akan naik sehingga harganya terungkit.

Dalam seminggu terakhir, Dollar Index (yang mencerminkan posisi greenback di hadapan 6 mata uang utama dunia) anjlok 2,28%. Selama sebulan ke belakang, nilainya jatuh 2,12%.

Dollar Index (Sumber: Bloomberg)

Kelesuan dolar AS tidak lepas dari ekspektasi pasar terhadap inflasi di Negeri Adikuasa. US Bureau of Labor Statistics melaporkan, inflasi AS pada Juni 2023 adalah 3% year-on-year (yoy). Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang 4% yoy sekaligus jadi yang terendah sejak Maret 2021.

Sementara inflasi inti tercatat 4,8% yoy. Melambat dibandingkan bulan sebelumnya yang 5,3% yoy dan jadi yang terlemah sejak Oktober 2021.

Perkembangan ini membuat investor meyakini bahwa puncak suku bunga acuan sudah dekat. Untuk bulan ini, bank sentral The Federal Reserve/The Fed memang diperkirakan menaikkan suku bunga acuan sebanyak 25 basis poin (bps) ke 5,25-5,5%. Berdasarkan CMC FedWatch, peluangnya mencapai 96,1%.

Namun bukan tidak mungkin itu adalah kenaikan terakhir tahun ini. CME FedWatch mengungkapkan probabilitas Federal Funds Rate di 5,25-5% pada Desember 2023 adalah 56,8%.

Tanpa sentimen kenaikan suku bunga acuan yang agresif, dolar AS kekurangan ‘obat kuat’.

“Perkiraan kami untuk dolar AS adalah akan memasuki fase pelemahan, karena siklus pengetatan moneter The Fed akan berubah menjadi pelonggaran. Ini akan membuat dolar AS melemah, bahkan ketika bank sentral negara-negara lain menurunkan suku bunga acuan,” tulis Steven Barrow, Head of G-10 Strategy di Standard Bank, dalam catatannya, seperti dikutip dari Bloomberg News.

(aji)

No more pages