Perusahaan kemudian melengkapi ekspansi tersebut dengan menggandeng Institut Teknologi Bandung (ITB). Keduanya membuka membuka House of Design di Gedung Science and Techno Park (STP) Ganesha.
House of Design ini merupakan co working space antara VKTR dan Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB. Tim yang terlibat dalam proyek ini terdiri dari para alumni FSRD ITB yang memiliki pengalaman dalam teknik desain kendaraan listrik. Lembaga ini juga akan menjadi laboratorium bagi mahasiswa jurusan terkait di FSRD ITB.
"Kami berharap House of Design ini dapat menghasilkan desain yang tidak hanya bernilai estetik, tetapi juga mengadopsi teknologi aerodinamis tingkat tinggi agar bodi kendaraan yang dihasilkan dapat menghemat energi," tambah Gilarsi.
Pilihan Material
Aspek yang tidak terdapat pada kendaraan konvesnional itu juga yang menginsipirasi kongsi PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) dan PT Adaro Minerals Indonesia Tbk (ADMR). Keduanya menjalin kerjasama dengan pabrikan Korea Selatan, Hyundai.
Bos kedua emiten tersebut, Garibaldi 'Boy' Thohir pernah mengatakan, kerjasama ini ditujukan untuk memperkuat hilir ekosistem EV, yakni produksi mobil listrik. "Agar baterai EV bisa efisien, dibutuhkan body (mobil) yang ringan, aluminium itu," kata Boy.
Selain pemilihan material, bahan baku baterai juga menjadi salah satu aspek utama. Sektor ini yang akan digarap oleh MDKA.
"MDKA sekarang sudah ke nikel. Kami juga sudah ada anak perusahaan yang nanti memproduksi katoda, anoda, dan lainnya,"
Akan tetapi, produksi tersebut merupakan barang setengah jadi. Perlu ada pengolahan lebih lanjut untuk memberikan nilai tambah.
"Setelah sudah setengah jadi atau 3/4 jadi harus diproses lagi. Pasti, dalam bayangan saya, yang terbaik itu di prosesnya di Kalimantan Utara," jelasnya.
Saat itulah ADMR memainkan peranannya. ADMR dikabarkan siap berinvestasi hingga US$ 1,35 miliar. Investasi ini untuk proyek smelter aluminium di Kabupaten Bulungan, Kalimantan Utara. Targetnya, smelter ini bisa beroperasi awal 2025.
(yun/dhf)