Mengutip data Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan), per 2019, sumber daya uranium di Indonesia mencapai 81.090 ton dan sumber daya thorium sebanyak 140.411 ton yang berada di wilayah Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi.
Di Kalimantan, sumber daya uranium tercatat sebanyak 45.731 ton dan thorium 7.028 ton. Di Sumatra, uranium sebanyak 31.567 ton dan thorium 126.821 ton. Di Sulawesi, uranium sejumlah 3.793 ton dan thorium 6.562 ton.
Sebelumnya, perusahaan Jepang, Tepco, sedang bersiap untuk melepaskan lebih dari 1 juta meter kubik air radioakif yang diolah ke Samudra Pasifik. Hal tersebut dilakukan karena tangki penyimpanannya diperkirakan mencapai kapasitas penuh pada 2024.
Meskipun Badan Energi Atom Internasional mengatakan pembuangan limbah nuklir tersebut sesuai dengan standar keamanan global, langkah tersebut telah memicu ketegangan politik yang sudah meningkat di wilayah tersebut.
Negara-negara Asia Timur, mulai dari China hingga Korea Selatan, bereaksi negatif terhadap aksi Jepang. Mereka melakukan aksi borong garam hingga rencana penyetopan impor makanan laut dari Negeri Sakura.
Badan Energi Aton Internasional telah mengadakan diskusi dalam upaya meyakinkan negara-negara tetangga terkait rencana Tepco. Berdasarkan studi yang dilakukan selama dua tahun, Direktur Jenderal Rafael Grossi, dalam sebuah wawancara di Tokyo, mengatakan tidak menemukan bukti bahwa pembuangan air limbah akan menyebabkan kerusakan pada ikan.
"Biarkan orang membuat keputusan sesuai dengan keinginan mereka, tetapi Badan Energi Aton Internasional tidak akan mendukung mereka untuk mengatakan bahwa ikan dapat terkontaminasi. Karena kenyataannya tidak demikian," kata Grossi.
Menurut Badan Energi Aton Internasional, pembuangan air limbah nuklir yang diolah adalah praktik umum di seluruh industri nuklir, termasuk oleh pabrik China daratan dan Jepang.
(wdh)