Sudah dua tahun buku BRI membagikan dividen dengan pay out ratio mencapai 85%. Besaran ini menjadi yang terbesar, setidaknya sejak tahun buku 2003. Kala itu pay out ratio dividen sebesar 75% dari laba bersih.
Aestika menambahkan, meski akan membagikan dividen dengan pay out ratio besar beberapa waktu ke depan, rencana ini juga telah mempertimbangkan kondisi permodalan BRI yang memadai saat ini dan kinerja keuangan ke depan.
"BRI optimistis untuk tahun ini dapat mencatatkan kinerja lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Sebagai gambaran, di tahun ini BRI memproyeksikan pertumbuhan kredit dapat mencapai double digit atau dikisaran 10%-12% secara tahunan," jelas Aestika.
Ketua Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar sebelumnya mengatakan, pihaknya menyoroti besarnya dividen bisa menghambat bank untuk melakukan investasi. Terlebih, ke depan bank membutuhkan inovasi dan transformasi yang lebih baik.
"Perbankan juga harus memperkuat sistem perbankan dengan keamanan siber, serta sumber daya manusia," kata Mahendra.
Selain itu perbankan juga harus menjaga cadangan kerugian penurunan nilai yang memadai untuk menjaga proses exit restrukturasi dari pandemi secara mulus. Mahendra juga menegaskan bahwa pelaku perbankan harus memiliki ketahanan dalam menghadapi tantangan ke depan.
(yun/dhf)