EAS di samping menjadi kontributor ekonomi karena itu harus bisa berkontribusi pula untuk perdamaian.
“Bayangkan EAS sebagai sebuah kereta dan komitmen kita terhadap Traktat Persahabatan dan Kerja Sama (TAC) dan Bali Principles sebagai rel kereta. Kita harus memastikan jalan kita berpapasan bukan saling menghalangi,” kata dia.
Perbedaan yang ada kata dia tidak boleh menjadi pemisah melainkan justru memperkaya upaya kolektif dan menjadi kekuatan. Menlu dalam kesempatan itu sempat mengutip falsafah Bhinneka Tunggal Ika yang mengandung makna dari perbedaan dapat tercipta harmoni untuk mewujudkan agenda bersama.
“Kita bersama-sama di kereta EAS, dan setiap orang dipersilakan naik,” lanjut dia.
Sementara sebagai negara dan pemerintah, ada beberapa poin yang disampaikan RI dalam kesempatan itu. Pertama, Indonesia kata Retno mengapresiasi dukungan dan penghormatan terhadap sentralitas
ASEAN. ASEAN yang bersatu (ASEAN yang matters) akan membawa manfaat tidak hanya untuk kawasan melainkan juga untuk dunia.
Kedua, ajakan kepada negara-negara anggota EAS untuk menyukseskan East Asia Summit September mendatang. Menlu meminta agar semua pihak dapat bersama-sama membangun jembatan untuk mempertemukan perbedaan yang ada.
Sementara Sekjen ASEAN Kao Kim Hourn menyampaikan bahwa kerja sama dalam kerangka EAS terus menguat antara lain dalam sektor energi hijau, lingkungan, pendidikan, kesehatan, perdagangan, keamanan pangan, keamanan maritim, dan kelestarian laut.
Pertemuan ini juga membahas dinamika kawasan dan global antara lain mendorong perdamaian di Ukraina, penghormatan terhadap hukum internasional di Laut China Selatan, stabilitas di Semenanjung Korea, dan penyelesaian isu Myanmar.
(ezr)