Logo Bloomberg Technoz

Sebelumnya, banyak pihak yang memprediksi hasil pertemuan FOMC 25-26 Juli adalah kenaikan bunga acuan setelah bulan Juni lalu the Fed mempertahankan bunga acuan. Tetapi data baru pada Rabu (12/7/2023), yang menunjukkan inflasi AS turun ke level terendah sejak 2021, menimbulkan keraguan bahwa para pejabat The Fed akan mengerek naik suku bunga.

Kebijaksanaan Konvensional

Christopher Waller menambahkan meski kebijakan the Fed saat ini bertentangan dengan kebijakan konvensional, kenaikan Fed Fund Rate (FFR) 500 bps sejak awal 2022 telah berdampak pada ekonomi. Ini menyiratkan bank sentral harus terus mengambil kebijakan berorientasi masa depan ketimbang menunggu terjadinya perlambatan ekonomi kemudian menaikkan suku bunga seperti yang terjadi di masa lalu.

Gedung The Federal Reserve (Sumber: Bloomberg)

"Jika kita percaya bahwa sebagian besar efek dari pengetatan tahun lalu telah berdampak ke perekonomian, maka kita tidak dapat mengharapkan lebih banyak pada perlambatan permintaan dan inflasi dari pengetatan itu," katanya. "Menunda kenaikan suku bunga sekarang, karena Anda menunggu lama dan variabelnya sesuai, dapat membuat Anda berdiri di peron menunggu kereta yang telah meninggalkan stasiun."

Christopher Waller merupakan salah satu pejabat the Fed yang konsisten dengan kebijakan menaikkan suku bunga (hawkish) dalam beberapa tahun terakhir. Ia mengatakan pasar tenaga kerja yang kuat dan kinerja ekonomi AS yang solid secara keseluruhan memberikan bank sentral ruang untuk memperketat kebijakaan moneter lebih lanjut.

“Setelah pertemuan bulan Juli, jika inflasi tidak terus menunjukkan kemajuan dan tidak ada tanda-tanda perlambatan yang signifikan dalam aktivitas ekonomi, maka kenaikan 25 basis poin kedua akan terjadi lebih cepat daripada yang kedua, namun keputusan tersebut untuk masa depan," katanya.

(bbn)

No more pages