Kegagalan Mitsubishi di China mencerminkan tekanan yang dihadapi sesama produsen mobil Jepang, yang lamban menawarkan model listrik dan kehilangan pangsa pasar karena pesaing baru seperti Tesla Inc. dan BYD Co. Penjualan Honda Motor Co. dan Nissan Motor Co. di China turun selama setidaknya dua tahun sementara pengiriman Toyota Motor Corp. tahun lalu menurun untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
Keputusan untuk menutup operasi Mitsubishi di China datang dari produksi di pabrik Changsha di provinsi Hunan yang ditangguhkan pada bulan Maret. Chief Executive Officer Takao Kato mengatakan pada Mei perusahaan akan mencoba mengatasi kesulitan di China sebagai tanggapan atas spekulasi pembuat mobil akan menguasai pasar.
Mitsubishi melihat puncak penjualan tahunannya di China pada 2019 sekitar 134.500. Perusahaan memproduksi 34.575 kendaraan di negara tersebut pada tahun 2022, angka yang menyusut menjadi 1.530 pada bulan Januari dan kemudian menjadi nol pada bulan April. Mitsubishi memiliki satu SUV elektrik di China, Airtrek, yang tahun lalu hanya terjual 515 unit.
Mitsubishi pada bulan Maret mengumumkan rencana untuk melistriki 100% mobil yang dijualnya di seluruh dunia pada tahun fiskal 2035 dan menginvestasikan sebanyak ¥1,8 triliun ($13 miliar) untuk elektrifikasi pada tahun 2030, menunjukkan upaya untuk mengejar ketinggalan dengan peralihan pembuat mobil global ke kendaraan yang lebih ramah lingkungan.
(bbn)