Logo Bloomberg Technoz

Optimisme juga diperlihatkan oleh pelaku usaha di Tanah Air dengan terjadinya perbaikan kondisi keuangan baik itu aspek likuiditas maupun sisi kemampuan perusahaan dalam mencetak laba (rentabilitas). 

Penurunan Investasi

Capaian mengesankan pada kuartal II-2023 tersebut memberikan optimisme pada ketangguhan perekonomian domestik yang masih dibayangi dampak perlambatan global di tengah penurunan kinerja ekspor dan daya beli masyarakat yang masih belum sepenuhnya bangkit.

Akan tetapi, apabila menilik prospek hingga sisa tahun, para pelaku usaha cenderung lebih menahan diri bila tidak bisa disebut pesimistis.

Hasil survei yang sama menyebut, pada kuartal III-2023, pelaku usaha masih optimistis kegiatan usaha masih akan tetap kuat, terutama untuk industri pengolahan dan konstruksi. Akan tetapi, laju kegiatan usaha pada kuartal ketiga diperkirakan melambat dengan SBT 15,42% dibandingkan 16,62% pada kuartal II lalu. 

Beberapa sektor yang diperkirakan mencatat perlambatan kegiatan usaha di antaranya sektor pertanian, kehutanan, perikanan dan hortikultura di mana BI menyebut itu masih sejalan dengan pola tanam musiman.

Di sisi lain, peningkatan realisasi investasi pada kuartal II-2023 kemungkinan masih akan berlanjut pada kuartal ini terutama untuk lapangan usaha pertambangan dan penggalian juga industri pengolahan. Investasi terutama dilakukan untuk pembelian mesin, alat berat dan perluasan lahan usaha.

Hanya saja, bila menilik survei semesteran, jumlah pelaku usaha yang berencana melakukan kegiatan investasi pada paruh kedua tahun ini tercatat menurun, yaitu sebesar 22,75%. Angka itu lebih rendah dibandingkan semester I-2023 yang 23,61% di mana hal tersebut sejatinya juga telah melambat dibanding semester sebelumnya sebesar 26,35%. 

BI mencatat, nilai investasi pada semester I lalu hanya 59,76%, turun dibanding semester II-2023 sebesar 66,78%. 

"Ada beberapa faktor yang dapat menghambat rencana investasi pada semester II-2023 di antaranya adalah masalah perizinan, suku bunga dan infrastruktur," jelas BI.

Pertumbuhan kredit mulai menggeliat pada Mei 2023 (Div. Riset Bloomberg Technoz)

Pertimbangan suku bunga kredit yang masih menahan rencana investasi pelaku usaha tidak bisa dilepaskan sebagai dampak dari kebijakan pengetatan moneter oleh bank sentral sejak Agustus-Januari dengan total kenaikan bunga acuan hingga 225 bps.

Bahkan kini ketika laju inflasi sudah melandai dan ada indikasi daya beli belum mampu bangkit penuh, BI masih berkukuh mempertahankan bunga acuan di level 5,75% selama lima bulan terakhir, karena masih tingginya ketidakpastian global yang mengancam stabilitas nilai tukar.

Berdasarkan hasil survei, akses kredit perbankan pada kuartal II lalu masih normal akan tetapi persentase pelaku usaha yang menyebut 'lebih mudah' tercatat turun yaitu sebanyak 8,82% dibandingkan 8,87% pada kuartal sebelumnya. Berdasarkan statistik perbankan, laju pertumbuhan kredit pada Mei mulai bangkit setelah menyentuh level terendah pada April lalu.

Laju kredit berpeluang melaju lebih kencang apabila pelaku usaha tidak lagi menahan investasi ketika bunga kredit memberi sinyal landai. 

Ancaman Daya Beli

Optimisme yang muncul dari masih kuatnya aktivitas usaha pada dua kuartal pertama tahun ini kemungkinan menghadapi sinyal pelemahan daya beli di sisa tahun. Kontraksi penjualan ritel yang terjadi Mei lalu secara tahunan dan bulanan menuai kecemasan terkait kekuatan daya beli masyarakat yang belum mampu sepenuhnya bangkit.

Terlebih, mayoritas konsumen di Indonesia juga menurun level optimisme-nya terhadap kondisi ekonomi ke depan. Indeks Keyakinan Konsumen Juni masih di level optimistis akan tetapi turun ke posisi 127,1 dari sebelumnya di 128,3 pada Mei 2023. Penurunan optimisme konsumen terjadi di hampir semua kelompok pengeluaran, di mana yang terlihat paling kurang optimistis adalah kelompok pengeluaran menengah bawah (Rp2,1 juta-Rp3 juta) dan menengah (Rp4,1 juta-Rp5 juta).

Pemicu penurunan keyakinan konsumen tak lain adalah karena kekhawatiran terhadap kondisi penghasilan yang ditakutkan tidak lagi bisa mengimbangi pengeluaran. Pada Juni 2023, optimisme konsumen terhadap penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu menurun, bila dibanding survei pada Mei terutama pada kelompok berpengeluaran menengah ke bawah.

Di tengah kelesuan kinerja ekspor karena faktor permintaan global yang melemah dan penurunan harga komoditas dunia, pertumbuhan ekonomi RI tahun ini akan banyak berharap pada laju konsumsi domestik baik belanja rumah tangga maupun belanja pemerintah.

"Yang dibutuhkan saat ini adalah bagaimana agar pemerintah dapat menjaga keyakinan konsumen bahwa di tahun politik kondisi masih akan tetap stabil. Jika masyarakat bisa dijaga kepercayaan dirinya, maka aktivitas belanja berjalan juga kegiatan ekonomi lain, maka konsumsi masyarakat masih akan terjaga," kata Teuku Riefky, ekonom LPEM UI. 

(rui/aji)

No more pages